Wawancara Khusus Jonatan Christie: Kampiun All England 2024 setelah Sewindu Puasa

Kamis, 04 April 2024 - 10:15 WIB
loading...
A A A
Enggak tahu ya, tapi banyak orang bisa berasumsi kan? Ini begini karena itu begitu, karena si ini kalah sama ini. Ya bebas, maksudnya orang bisa berasumsi bebas, mereka bisa komen apapun itu dari sudut pandang mereka yang juga bebas gitu kan. Cuma ya balik lagi mungkin yang Ginting pernah cerita ya setiap orang punya race-nya masing-masing, setiap orang punya struggle-nya masing-masing, jadi ya bagaimana si orang itu menyikapi dan menghadapi persoalan itu. Enggak usah pentingin atau musingin masalah orang lain gitu.

Kalau ditanya lawan Chou bisa unggul gim pertama dengan cukup signifikan ya saya rasa enggak tahu juga ya kenapa. Mungkin saya juga mencoba yang terbaik aja. Mungkin juga Chou belum in banget di gim pertama, jadi ya saya bisa mendapatkan kesempatan itu lebih baik untuk start-nya.

Setelah Chou Tien Chen, babak-babak berikutnya juga berat buat Jojo. Ketemu Kunlavut Vitidsarn (Thailand) yang juara dunia, Shi Yu Qi (China) yang unggulan 2. Jojo sendiri ngerasanya gimana?

Sebenernya kan kita udah bisa ngeliat schedule (bagan drawing) dari 1-2 minggu sebelumnya, jadi sebelum berangkat Eropa tuh sebenernya udah ngeliat kayak “wih lumayan juga nih bagan di All England” kayak mesti kerja keras gitu kan. Ya balik lagi yang saya bilang tadi di awal saya udah putusin sama pelatih dan psikolog pribadi saya, pertandingan ini memang pengen dijadiin ajang simulasi nanti kalau di Olimpiade dapet lawan kayak gini, karena kan kita enggak bisa memilih.

Ya mau enggak mau harus dihadapi. Nah, tinggal bagaimana nih kayak proses yang dari pengalaman kemarin setelah babak pertama, kedua, ketiga, keempat dan final, hal-hal positifnya itu diambil buat bekal nanti di Olimpiade. Itu pun nanti mungkin akan berbeda lagi pas di Olimpiade. Tapi at least setidaknya udah punya catatan, punya gambaran ketika lawannya kayak begini-begini. “Gue paginya mesti ngapain dulu, gue mesti makan apa, gue mungkin perlu kayak istirahat berapa jam” itu kan hal-hal yang lebih mendetail yang akan bisa kita bawa nanti di Olimpiade.

Setelah melewati Shi Yu Qi, apakah dari situ Jojo sudah punya keyakinan untuk bisa ke final bahkan juara?

Setelah lawan Shi Yu Qi dan mungkin lihat hasil pertandingan lain, awalnya sih saya mungkin lebih berpikir bahwa “wah kayaknya kita bisa mengulang sejarah 30 tahun lalu, bisa All Indonesian Final.” Ya tapi saya juga mencoba untuk kontrol dan cut pemikiran itu, karena kan masih semifinal. Nah itu juga sebenarnya kan ekspektasi yang bermain, how to manage-nya juga, gimana cara kita manage supaya jangan terlalu over ekspektasinya, tapi juga jangan terlalu under. Jadi menjaga tengah-tengahnya itu yang enggak gampang di saat mau bertanding. Mungkin bisa dibilang titik yang memang merasa bahwa kayaknya bisa ke final atau juara, ya setelah melewati Shi Yu Qi itu sih.

Bicara soal persiapan detail, apa yang dipersiapkan untuk menghadapi turnamen besar seperti All England ini?

Oh itu sebenarnya banyak. Mungkin enggak hal besar, tapi kecil-kecil trus banyak. Kayak jam istirahat, tidur harus berapa jam, malamnya harus nonton video (lawan) dulu, lawan besok siapa, trus bangun paginya harus stretching, pemanasan gerakannya seperti apa dulu yang bisa aktifin ototnya supaya nanti pas tanding sudah benar-benar eksplosifnya dapet. Hal-hal semacam itu yang justru perlu diperhatikan dibanding hal-hal yang kayak mikirin hasil. Makanya tadi saya bilang how to manage ekspektasi, trus bagaimana untuk me-manage diri saat itu, harus berbuat apa, harus mempersiapkan apa.

Kalau soal tidur, kan setiap orang bisa berbeda-beda. Kalau Jojo di All England seperti apa? Apakah sempat susah tidur juga?
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1383 seconds (0.1#10.140)