Tersingkir karena Penalti, Pelatih Denmark Masih Belum Terima Kekalahan
loading...
A
A
A
LONDON - Pelatih Tim Nasional (Timnas) Denmark, Kasper Hjulmand , mengaku kecewa dengan hadiah penalti yang dihadiahkan wasit kepada Inggris pada semifinal Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, Kamis (8/7/2021) dini hari WIB. Ia mempertanyakan keputusan wasit soal insiden Raheem Sterling yang jatuh di kotak penalti.
Momen tersebut terjadi pada babak tambahan waktu ketika Inggris dan Denmark harus puas bermain imbang 1-1 di waktu normal. Pada insiden tersebut, Sterling terjatuh di area terlarang setelah dijatuhkan pemain Denmark, Joakim Maehle.
Wasit pun kemudian menunjuk titik putih karena menganggap hal itu sebagai pelanggaran. Namun, Hjulmand tidak setuju dengan keputusan wasit karena tidak ada sesuatu yang aneh dengan jatuhnya Sterling di kotak penalti.
“Itu adalah penalti yang seharusnya tidak menjadi penalti. Itu adalah sesuatu yang mengganggu saya sekarang. Kami sangat kecewa,” kata Hjulmand, dikutip dari Independent News, Kamis (8/7/2021).
“Saya tahu kedengarannya aneh sekarang, tetapi saya tidak dapat menahan perasaan ini. Satu hal adalah kalah dalam pertandingan, itu biasa, tetapi kalah dengan cara ini mengecewakan karena para pemain saya telah banyak berjuang,” lanjut mantan pelatih Nordsjaelland tersebut.
Hjulmand jelas merasa kecewa. Sebab, lewat titik putih tersebut, Inggris akhirnya sukses merebut kemenangan. Kane yang bertindak sebagai eksekutor mampu mencetak gol meski tendangan penaltinya sempat ditepis oleh kiper Denmark, Kasper Schmeichel. Laga pun berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Inggris.
Dengan kekalahan tersebut, maka langkah Denmark harus terhenti di semifinal Piala Eropa 2020. Sedangkan The Three Lions –julukan Timnas Inggris– akan melaju ke babak final dan bertemu dengan Italia.
Sejauh ini, Hjulmand mengaku masih belum menerima kekalahan tersebut. Dia mengatakan memiliki kepahitan karena meninggalkan turnamen impian mereka dengan cara tragis.
“Rasanya pahit tetapi kami harus mencerna ini sebelum kami dapat mendiskusikan perasaan ini. Ini cara yang pahit untuk meninggalkan turnamen. Cara kami kalah membuat lebih sulit untuk memahami mengapa kami kalah. Saya harus berhati-hati dengan apa yang saya katakan. Kami memiliki tim yang luar biasa dan kami pasti bisa melakukan sesuatu yang hebat lagi,” tutur pelatih 49 tahun tersebut.
“Mungkin lebih mudah bagi saya untuk mengatakan apa yang saya rasakan dalam beberapa hari,” tutup Hjulmand.
Momen tersebut terjadi pada babak tambahan waktu ketika Inggris dan Denmark harus puas bermain imbang 1-1 di waktu normal. Pada insiden tersebut, Sterling terjatuh di area terlarang setelah dijatuhkan pemain Denmark, Joakim Maehle.
Wasit pun kemudian menunjuk titik putih karena menganggap hal itu sebagai pelanggaran. Namun, Hjulmand tidak setuju dengan keputusan wasit karena tidak ada sesuatu yang aneh dengan jatuhnya Sterling di kotak penalti.
“Itu adalah penalti yang seharusnya tidak menjadi penalti. Itu adalah sesuatu yang mengganggu saya sekarang. Kami sangat kecewa,” kata Hjulmand, dikutip dari Independent News, Kamis (8/7/2021).
“Saya tahu kedengarannya aneh sekarang, tetapi saya tidak dapat menahan perasaan ini. Satu hal adalah kalah dalam pertandingan, itu biasa, tetapi kalah dengan cara ini mengecewakan karena para pemain saya telah banyak berjuang,” lanjut mantan pelatih Nordsjaelland tersebut.
Hjulmand jelas merasa kecewa. Sebab, lewat titik putih tersebut, Inggris akhirnya sukses merebut kemenangan. Kane yang bertindak sebagai eksekutor mampu mencetak gol meski tendangan penaltinya sempat ditepis oleh kiper Denmark, Kasper Schmeichel. Laga pun berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Inggris.
Dengan kekalahan tersebut, maka langkah Denmark harus terhenti di semifinal Piala Eropa 2020. Sedangkan The Three Lions –julukan Timnas Inggris– akan melaju ke babak final dan bertemu dengan Italia.
Sejauh ini, Hjulmand mengaku masih belum menerima kekalahan tersebut. Dia mengatakan memiliki kepahitan karena meninggalkan turnamen impian mereka dengan cara tragis.
“Rasanya pahit tetapi kami harus mencerna ini sebelum kami dapat mendiskusikan perasaan ini. Ini cara yang pahit untuk meninggalkan turnamen. Cara kami kalah membuat lebih sulit untuk memahami mengapa kami kalah. Saya harus berhati-hati dengan apa yang saya katakan. Kami memiliki tim yang luar biasa dan kami pasti bisa melakukan sesuatu yang hebat lagi,” tutur pelatih 49 tahun tersebut.
“Mungkin lebih mudah bagi saya untuk mengatakan apa yang saya rasakan dalam beberapa hari,” tutup Hjulmand.
(mirz)