Kematian George Floyd, Picu Kemarahan Michael Jordan dan Atlet Dunia
loading...
A
A
A
CHICAGO - Kematian George Floyd memicu kemarahan semua orang tak terkecuali ikon bola basket NBA, Michael Jordan. Mantan bintang Chicago Bulls itu mengecam habis tindakan oknum polisi dan menilai rasisme belum bisa hilang dari Amerika Serikat.
"Saya sangat sedih, benar-benar sedih dan benar-benar marah. Saya mendukung mereka yang menyerukan rasisme dan kekerasan terhadap orang kulit berwarna di negara kita," kata Jordan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP, Senin (1/6/2020).
Sekadar informasi Floyd meninggal pada 25 Mei setelah seorang polisi kulit putih di Minneapolis menekan lututnya leher pada pria yang diborgol itu selama beberapa menit. "Kita perlu melanjutkan ekspresi damai terhadap ketidakadilan dan menuntut pertanggungjawaban," kata Jordan.
Jordan bergabung aksi yang disuarakan pemain NBA, NFL dan olahraga AS lainnya. Mereka menuntut perubahan bagi orang kulit hitam Amerika, tetapi tuntutan itu tidak terbatas di Amerika Serikat.
Pesepakbola Prancis Marcus Thuram dan pemain Timnas Inggris Jadon Sancho juga menyerukan menuntut keadilan bagi Floyd setelah mencetak gol di Bundesliga Jerman. Thuram berlutut setelah mencetak gol untuk Borussia Moenchengladbach dalam pertandingan melawan Union Berlin, sementara Sancho menandai salah satu dari tiga golnya untuk Borussia Dortmund melawan Paderborn dengan mengangkat kausnya untuk memperlihatkan kaus yang bertuliskan "Justice for George Floyd." (Baca juga : Favre Ngaku Tak Lihat Sancho Beri Penghormatan Buat George Floyd )
Sementara itu pemain Boston Celtics Jaylen Brown dan Philadelphia 76ers Tobias Harris menunjukkan simpatinya pada Floyd dengan turun ke jalan. Brown mengemudi selama 15 jam untuk memimpin demonstrasi damai di Atlanta, Georgia. "Pertama dan terutama, saya seorang pria kulit hitam dan saya anggota komunitas ini," kata penduduk asli Georgia itu.
Rasa geram juga ditunjukkan petenis muda Coco Gauff. Dalam instagramnya, ia menulis bernada sindirian. "Apakah saya selanjutnya?"
Pemenang dua kali Grand Slam Naomi Osaka, yang ibunya adalah orang Jepang dan ayah Haiti, mengingatkan pengikut media sosialnya: "Hanya karena itu tidak terjadi pada Anda, bukan berarti itu tidak terjadi sama sekali."
"Saya sangat sedih, benar-benar sedih dan benar-benar marah. Saya mendukung mereka yang menyerukan rasisme dan kekerasan terhadap orang kulit berwarna di negara kita," kata Jordan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP, Senin (1/6/2020).
Sekadar informasi Floyd meninggal pada 25 Mei setelah seorang polisi kulit putih di Minneapolis menekan lututnya leher pada pria yang diborgol itu selama beberapa menit. "Kita perlu melanjutkan ekspresi damai terhadap ketidakadilan dan menuntut pertanggungjawaban," kata Jordan.
Jordan bergabung aksi yang disuarakan pemain NBA, NFL dan olahraga AS lainnya. Mereka menuntut perubahan bagi orang kulit hitam Amerika, tetapi tuntutan itu tidak terbatas di Amerika Serikat.
Pesepakbola Prancis Marcus Thuram dan pemain Timnas Inggris Jadon Sancho juga menyerukan menuntut keadilan bagi Floyd setelah mencetak gol di Bundesliga Jerman. Thuram berlutut setelah mencetak gol untuk Borussia Moenchengladbach dalam pertandingan melawan Union Berlin, sementara Sancho menandai salah satu dari tiga golnya untuk Borussia Dortmund melawan Paderborn dengan mengangkat kausnya untuk memperlihatkan kaus yang bertuliskan "Justice for George Floyd." (Baca juga : Favre Ngaku Tak Lihat Sancho Beri Penghormatan Buat George Floyd )
Sementara itu pemain Boston Celtics Jaylen Brown dan Philadelphia 76ers Tobias Harris menunjukkan simpatinya pada Floyd dengan turun ke jalan. Brown mengemudi selama 15 jam untuk memimpin demonstrasi damai di Atlanta, Georgia. "Pertama dan terutama, saya seorang pria kulit hitam dan saya anggota komunitas ini," kata penduduk asli Georgia itu.
Rasa geram juga ditunjukkan petenis muda Coco Gauff. Dalam instagramnya, ia menulis bernada sindirian. "Apakah saya selanjutnya?"
Pemenang dua kali Grand Slam Naomi Osaka, yang ibunya adalah orang Jepang dan ayah Haiti, mengingatkan pengikut media sosialnya: "Hanya karena itu tidak terjadi pada Anda, bukan berarti itu tidak terjadi sama sekali."
(bbk)