Kisah Kurniawan Dwi Yulianto: Si Kurus yang Mengguncang Liga Eropa
loading...
A
A
A
Kisah Kurniawan Dwi Yulianto menjadi legenda sepak bola berawal dari kesenangannya dengan sepak bola sejak remaja. Begini kisahnya si Kurus yang mengguncang Liga Eropa. Kurniawan Dwi Yulianto merintis kariernya dari Diklat Salatiga sejak kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Diklat Salatiga menjadi kawah candradimukanya para pemain muda berbakat di Jawa Tengah yang ingin mengembangkan karier sepak bola. Bersama 100 pemain muda lainnya, Kurniawan Dwi Yulianto bersaing untuk memunjukkan bakat dan skill mengolah bola. Hingaga akhirnya, Kurniawan kemudian melanjutkan petualangannya di Diklat Ragunan saat menginjak kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Ada momen tak terlupakan yang mengubah nasib Kurniawan hingga menjadi pemain sepak bola profesional. Saat berlatih di Diklat Salatiga, Kurniawan memperoleh julukan Kurus yang terus melekat sampai sekarang. Julukan Kurus itu disematkan kepada dirinya oleh seniornya di Diklat Salatiga.
Kurniawan menceritakan jika dirinya dipanggil Kurus karena waktu itu tubuhunya memang kurus seperti lidi. Panggilan Kurus pun terus terbawa hingga dirinya menjadi pemain profesional hingga pensiun.
Sepak terjang si Kurus mencuri perhatian pemandu bakat di Tanah Air hingga namanya lolos dalam daftar 22 pemain muda U-16 yang berkiprah di Italia melalui progam Primavera PSSI pada tahun 1993. Perfoma si Kurus sangat menonjol selama menjalani program Primavera PSSI.
Si Kurus mendapat pengalaman berharga yang tidak pernah dilupakannya sampai sekarang. Pemain kelahiran Magelang itu terpilih masuk ikut berlatih bersama klub Italia, Sampdoria. Kurniawan mengakui dirinya mendapatkan pengalaman bagaimana menjadi pemain profesional sejati. ''Saya belajar profesional sejati sebagai pemain sepak bola. Bagaimana menjaga kedisiplinan di dalam dan luar lapangan,"tutur Kurniawan dalam YouTube AkurasiTV.
Performa si Kurus terus menanjak selama mengikuti kompetisi Primavera bersama Sampdoria. Hebatnya, Kurniawan masuk dalam daftar top skor Primavera. Kurniawan mengungkapkan kebanggaannya kala itu ketika membantu Sampdoria menjadi nomor satu di kompetisi Primavera.
Kemampuan Kurniawan terendus jajaran kepelatihan Sampdoria hingga membawanya terpilih mengikuti pramusim dalam tajuk Tour Asia. Bahkan, Kurniawan dipilih Sampdoria melawan Timnas Indonesia pada tahun 1994 di Senayan.
Yang membanggakan, Kurniawan bisa bersaing bersama legenda sepak bola Italia seperti Roberto Mancini, Enrico Chiesa, dan Filippo Maniero yang kala itu menjadi pemain andalan Sampdoria. Bahkan, Kurniawan juga satu tim dengan David Platt, pemain Timnas Inggris.
Setelah Tour Asia, Kurniawan masih butuh banyak menit bermain hingga mendapat kesempatan mengembangkan karier di Eropa. Si Kurus mendapat tawaran untuk bermain dengan klub Liga Swiss, FC Luzern. Sepak terjang Kurniawan Dwi Yulianto bersama FC Luzern hanya semusim dengan mencatat 12 caps dan mencetak tiga gol. Kendati sebentar, Kurniawan mencatatkan diri sebagai pemain Indonesia pertama yang bermain dan mencetak gol di salah satu Liga Eropa.
Kini setelah berpuluh tahun, Kurniawan Dwi Yulianto kembali ke Eropa. Ya, Kurniawan kembali ke Liga Italia menjadi asisten pelatih. Kurniawan saat ini sedang mengurus visa kerja sebelum menjadi asisten pelatih di FC Como 1907 , klub Serie B Italia. Penunjukan Kurniawan Dwi Yulianto menjadi asisten pelatih klub Italia mengungkit masa lalu mantan bomber Timnas Indonesia itu saat menjadi pemain Primavera.
Karier kepelatihan Kurniawan Dwi Yulianto yang memiliki lisensi AFC A Pro pernah dijalani bersama klub Malaysia Super League, Sabah FC. Pemain yang akrab dipanggil si kurus itu pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia di bawah Bima Sakti pada 2018. Kurniawan juga pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 saat dipimpin Indra Sjafri pada 2019.
Sebelum melatih Como 1907, Kurniawan akan diperbantukan dalam jajaran kepelatihan Garuda Select sambil menunggu selesainya visa kerja. ''Como ini kan satu dengan Garuda Select. jadi, kemarin buat visa ke UK, jadi diperbantukan dulu di Garuda Select sambil menungguworkpermit ke Italia,''kata Kurniawan.
Diklat Salatiga menjadi kawah candradimukanya para pemain muda berbakat di Jawa Tengah yang ingin mengembangkan karier sepak bola. Bersama 100 pemain muda lainnya, Kurniawan Dwi Yulianto bersaing untuk memunjukkan bakat dan skill mengolah bola. Hingaga akhirnya, Kurniawan kemudian melanjutkan petualangannya di Diklat Ragunan saat menginjak kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Ada momen tak terlupakan yang mengubah nasib Kurniawan hingga menjadi pemain sepak bola profesional. Saat berlatih di Diklat Salatiga, Kurniawan memperoleh julukan Kurus yang terus melekat sampai sekarang. Julukan Kurus itu disematkan kepada dirinya oleh seniornya di Diklat Salatiga.
Kurniawan menceritakan jika dirinya dipanggil Kurus karena waktu itu tubuhunya memang kurus seperti lidi. Panggilan Kurus pun terus terbawa hingga dirinya menjadi pemain profesional hingga pensiun.
Sepak terjang si Kurus mencuri perhatian pemandu bakat di Tanah Air hingga namanya lolos dalam daftar 22 pemain muda U-16 yang berkiprah di Italia melalui progam Primavera PSSI pada tahun 1993. Perfoma si Kurus sangat menonjol selama menjalani program Primavera PSSI.
Si Kurus mendapat pengalaman berharga yang tidak pernah dilupakannya sampai sekarang. Pemain kelahiran Magelang itu terpilih masuk ikut berlatih bersama klub Italia, Sampdoria. Kurniawan mengakui dirinya mendapatkan pengalaman bagaimana menjadi pemain profesional sejati. ''Saya belajar profesional sejati sebagai pemain sepak bola. Bagaimana menjaga kedisiplinan di dalam dan luar lapangan,"tutur Kurniawan dalam YouTube AkurasiTV.
Performa si Kurus terus menanjak selama mengikuti kompetisi Primavera bersama Sampdoria. Hebatnya, Kurniawan masuk dalam daftar top skor Primavera. Kurniawan mengungkapkan kebanggaannya kala itu ketika membantu Sampdoria menjadi nomor satu di kompetisi Primavera.
Kemampuan Kurniawan terendus jajaran kepelatihan Sampdoria hingga membawanya terpilih mengikuti pramusim dalam tajuk Tour Asia. Bahkan, Kurniawan dipilih Sampdoria melawan Timnas Indonesia pada tahun 1994 di Senayan.
Yang membanggakan, Kurniawan bisa bersaing bersama legenda sepak bola Italia seperti Roberto Mancini, Enrico Chiesa, dan Filippo Maniero yang kala itu menjadi pemain andalan Sampdoria. Bahkan, Kurniawan juga satu tim dengan David Platt, pemain Timnas Inggris.
Setelah Tour Asia, Kurniawan masih butuh banyak menit bermain hingga mendapat kesempatan mengembangkan karier di Eropa. Si Kurus mendapat tawaran untuk bermain dengan klub Liga Swiss, FC Luzern. Sepak terjang Kurniawan Dwi Yulianto bersama FC Luzern hanya semusim dengan mencatat 12 caps dan mencetak tiga gol. Kendati sebentar, Kurniawan mencatatkan diri sebagai pemain Indonesia pertama yang bermain dan mencetak gol di salah satu Liga Eropa.
Kini setelah berpuluh tahun, Kurniawan Dwi Yulianto kembali ke Eropa. Ya, Kurniawan kembali ke Liga Italia menjadi asisten pelatih. Kurniawan saat ini sedang mengurus visa kerja sebelum menjadi asisten pelatih di FC Como 1907 , klub Serie B Italia. Penunjukan Kurniawan Dwi Yulianto menjadi asisten pelatih klub Italia mengungkit masa lalu mantan bomber Timnas Indonesia itu saat menjadi pemain Primavera.
Karier kepelatihan Kurniawan Dwi Yulianto yang memiliki lisensi AFC A Pro pernah dijalani bersama klub Malaysia Super League, Sabah FC. Pemain yang akrab dipanggil si kurus itu pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia di bawah Bima Sakti pada 2018. Kurniawan juga pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 saat dipimpin Indra Sjafri pada 2019.
Sebelum melatih Como 1907, Kurniawan akan diperbantukan dalam jajaran kepelatihan Garuda Select sambil menunggu selesainya visa kerja. ''Como ini kan satu dengan Garuda Select. jadi, kemarin buat visa ke UK, jadi diperbantukan dulu di Garuda Select sambil menungguworkpermit ke Italia,''kata Kurniawan.
(aww)