Eko Roni Saputra Siap Bungkam Jagoan Kamboja di ONE Championship
loading...
A
A
A
JAKARTA - Eko Roni Saputra siap kembali beraksi di ONE Championship. Petarung berjuluk “Dynamite” ini dijadwalkan bertemu Chan Rothana (Kamboja), yang merupakan musuh bebuyutan para petarung Indonesia.
Kedua petarung MMA ini akan berlaga dalam duel klasik striker versus grappler di ONE: Light Out di Singapore Indoor Stadium, Jumat (11/3/2022). Laga ini telah banyak dinantikan karena sarat akan cerita dibaliknya. Eko ingin meneruskan catatan kemenangan beruntun demi menembus peringkat lima besar di divisi flyweight. Sementara Rothana ingin melengkapi catatan hat-trick kemenangan atas Indonesia.
“Sejak lama, salah satu lawan yang saya antisipasi adalah Chan Rothana. Tapi bukan berarti saya ingin membalas kekalahan orang Indonesia, saya bermain untuk diri saya sendiri dan ini tantangan bagi saya ke depannya. Kalau saya bisa memenangkan pertandingan ini, saya bisa naik level,” ungkap Eko.
BACA JUGA: Proliga 2022 Tetap Digelar Tanpa Penonton hingga Akhir Kompetisi
Namun, Eko tentu harus waspada dengan Chan Rothana. Sebab, dia melihat lawannya ini sangat kuat karena memiliki striking yang cukup baik. Jadi ini menjadi tantangan dan ujian besar bagi EKo yang akan berusaha bermain yang lebih baik dibandingkan pertarungan-pertarungan sebelumnya.
Eko terakhir tampil di ONE Championship dalam ajang ONE: BATTLEGROUND II pada Agustus tahun lalu. Saat itu, dia sukses membenamkan Liu Peng Shuai dari China hanya dalam 10 detik. Kemenangan knockout tersebut sekaligus mencatatkan namanya sebagai pemilik KO tercepat di divisi flyweight.
Sejak saat itu, namanya mulai diperhitungkan sebagai kandidat pertama dari Indonesia yang layak jadi penantang juara dunia di masa depan. Namun, Eko harus terlebih dahulu masuk peringkat lima besar dan untuk meraih posisi itu, dia perlu mengalahkan beberapa petarung top lain seperti Rothana.
BACA JUGA: MotoGP Mandalika 2022, Menparekraf: Tak Diperlukan Lagi Tes PCR dan Antigen
Sang lawan merupakan juara Kun Khmer, seni bela diri tradisional dari Kamboja dengan catatan lebih dari seratus kemenangan. Meski laga terakhirnya di ONE berakhir dengan kekalahan, dia dikenal sebagai kryptonite bagi atlet Indonesia.
Petarung 36 tahun tersebut telah mencatatkan kemenangan atas Rudy Agustian dan Abro Fernandes, dua mantan juara MMA nasional. Terlebih, dua pencapaian tersebut selalu diraih lewat Technical Knockout (TKO) pada ronde kedua.
Meski tak ingin menganggap laga nanti sebagai misi balas dendam, Eko mengerti betul pentingnya kemenangan. Apalagi, saat ini dia tengah mencatatkan lima kemenangan beruntun yang semuanya diraih pada ronde pertama. Eko tentu tak ingin kehilangan momentum dan bertekad menjadikan Rothana sebagai korban ledakan berikutnya.
“Tentunya saya harus menang, tapi ‘kan tidak semudah itu. Dalam game kita tidak tahu hasilnya. Pasti ada kalah dan menang, tentunya saya ingin memenangkan pertandingan karena kalau kalah saya akan turun dan harus mengejar lagi. Saya akan bermain di striking dan di ground karena kombinasi ini saya lihat cukup bagus, dan saya akan coba bermain dengan pressure (menekan),” lanjutnya.
Jika sang lawan memiliki pukulan serta tendangan mengerikan, maka kelebihan Eko terletak pada keahliannya dalam ground fighting. Sebagai mantan peraih medali SEA Games dan PON dalam gulat, Eko dinilai berbahaya saat laga berada di area bawah. Apalagi, Chan Rothana memiliki Striking yang cukup bagus.
“Saya sudah persiapkan semuanya. Kelemahan dia (Chan Rothana) di ground. Saya akan coba bermain lebih tenang dan [menerapkan] pressure. Saya tidak mau terburu-buru takedown atau cari KO. Saya akan lihat momen, kalau [kemenangan] terjadi lebih cepat lebih baik,” ungkap Eko.
Kemenangan atas rival kuat seperti Rothana bisa semakin mengatrol posisi Eko di divisi flyweight ONE. Apalagi jika berhasil menang lewat meyakinkan, ia berpeluang mendapat bonus 50 ribu dolar AS (RP 720 juta) dari CEO dan chairman ONE Chatri Sityodtong. Namun, fokus utama Eko adalah memenangkan laga dan melanjutkan mimpi besarnya untuk menjadi Juara Dunia dari Indonesia.
"Itu bagus karena bonus adalah bentuk penghargaan atas perjuangan atlet yang sudah latihan keras dan mempersembahkan pertarungan yang bagus. Jadi bonus itu sebuah insentif. Pasti semua atlet mengharapkan itu. Tapi kita tidak boleh terlena akan bonus besar. Mencoba menampilkan permainan cantik malahan bisa jadi kalah,” pungkasnya.
Kedua petarung MMA ini akan berlaga dalam duel klasik striker versus grappler di ONE: Light Out di Singapore Indoor Stadium, Jumat (11/3/2022). Laga ini telah banyak dinantikan karena sarat akan cerita dibaliknya. Eko ingin meneruskan catatan kemenangan beruntun demi menembus peringkat lima besar di divisi flyweight. Sementara Rothana ingin melengkapi catatan hat-trick kemenangan atas Indonesia.
“Sejak lama, salah satu lawan yang saya antisipasi adalah Chan Rothana. Tapi bukan berarti saya ingin membalas kekalahan orang Indonesia, saya bermain untuk diri saya sendiri dan ini tantangan bagi saya ke depannya. Kalau saya bisa memenangkan pertandingan ini, saya bisa naik level,” ungkap Eko.
BACA JUGA: Proliga 2022 Tetap Digelar Tanpa Penonton hingga Akhir Kompetisi
Namun, Eko tentu harus waspada dengan Chan Rothana. Sebab, dia melihat lawannya ini sangat kuat karena memiliki striking yang cukup baik. Jadi ini menjadi tantangan dan ujian besar bagi EKo yang akan berusaha bermain yang lebih baik dibandingkan pertarungan-pertarungan sebelumnya.
Eko terakhir tampil di ONE Championship dalam ajang ONE: BATTLEGROUND II pada Agustus tahun lalu. Saat itu, dia sukses membenamkan Liu Peng Shuai dari China hanya dalam 10 detik. Kemenangan knockout tersebut sekaligus mencatatkan namanya sebagai pemilik KO tercepat di divisi flyweight.
Sejak saat itu, namanya mulai diperhitungkan sebagai kandidat pertama dari Indonesia yang layak jadi penantang juara dunia di masa depan. Namun, Eko harus terlebih dahulu masuk peringkat lima besar dan untuk meraih posisi itu, dia perlu mengalahkan beberapa petarung top lain seperti Rothana.
BACA JUGA: MotoGP Mandalika 2022, Menparekraf: Tak Diperlukan Lagi Tes PCR dan Antigen
Sang lawan merupakan juara Kun Khmer, seni bela diri tradisional dari Kamboja dengan catatan lebih dari seratus kemenangan. Meski laga terakhirnya di ONE berakhir dengan kekalahan, dia dikenal sebagai kryptonite bagi atlet Indonesia.
Petarung 36 tahun tersebut telah mencatatkan kemenangan atas Rudy Agustian dan Abro Fernandes, dua mantan juara MMA nasional. Terlebih, dua pencapaian tersebut selalu diraih lewat Technical Knockout (TKO) pada ronde kedua.
Meski tak ingin menganggap laga nanti sebagai misi balas dendam, Eko mengerti betul pentingnya kemenangan. Apalagi, saat ini dia tengah mencatatkan lima kemenangan beruntun yang semuanya diraih pada ronde pertama. Eko tentu tak ingin kehilangan momentum dan bertekad menjadikan Rothana sebagai korban ledakan berikutnya.
“Tentunya saya harus menang, tapi ‘kan tidak semudah itu. Dalam game kita tidak tahu hasilnya. Pasti ada kalah dan menang, tentunya saya ingin memenangkan pertandingan karena kalau kalah saya akan turun dan harus mengejar lagi. Saya akan bermain di striking dan di ground karena kombinasi ini saya lihat cukup bagus, dan saya akan coba bermain dengan pressure (menekan),” lanjutnya.
Jika sang lawan memiliki pukulan serta tendangan mengerikan, maka kelebihan Eko terletak pada keahliannya dalam ground fighting. Sebagai mantan peraih medali SEA Games dan PON dalam gulat, Eko dinilai berbahaya saat laga berada di area bawah. Apalagi, Chan Rothana memiliki Striking yang cukup bagus.
“Saya sudah persiapkan semuanya. Kelemahan dia (Chan Rothana) di ground. Saya akan coba bermain lebih tenang dan [menerapkan] pressure. Saya tidak mau terburu-buru takedown atau cari KO. Saya akan lihat momen, kalau [kemenangan] terjadi lebih cepat lebih baik,” ungkap Eko.
Kemenangan atas rival kuat seperti Rothana bisa semakin mengatrol posisi Eko di divisi flyweight ONE. Apalagi jika berhasil menang lewat meyakinkan, ia berpeluang mendapat bonus 50 ribu dolar AS (RP 720 juta) dari CEO dan chairman ONE Chatri Sityodtong. Namun, fokus utama Eko adalah memenangkan laga dan melanjutkan mimpi besarnya untuk menjadi Juara Dunia dari Indonesia.
"Itu bagus karena bonus adalah bentuk penghargaan atas perjuangan atlet yang sudah latihan keras dan mempersembahkan pertarungan yang bagus. Jadi bonus itu sebuah insentif. Pasti semua atlet mengharapkan itu. Tapi kita tidak boleh terlena akan bonus besar. Mencoba menampilkan permainan cantik malahan bisa jadi kalah,” pungkasnya.
(yov)