Jelang Final Coppa Italia, Presiden Napoli Siratkan Dendam ke Sarri
loading...
A
A
A
ROMA - Hampir satu tahun lalu, Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis berdoa agar Maurizio Sarri gagal mendapatkan gelar bersama Juventus. De Laurentiis memang masih memiliki dendam kepada Sarri yang meninggalkan Napoli karena alasan uang.
Sarri menjadi pelatih Napoli dalam kurun waktu 2015–2018. Dalam kurun waktu tiga musim tersebut, Sarri dianggap berhasil mengubah wajah I Partenopei menjadi tim yang kompetitif. Meski tidak mempersembahkan gelar, Napoli selalu memberi tekanan pada Juventus dalam dominasi mereka di Seri A.
Napoli menjadi pengganti Inter Milan, AC Milan, AS Roma, dan Lazio yang sedang tenggelam serta gagal memberi tekanan berarti pada La Veccia Signora. Sarri juga membuat Napoli bermain sepak bola menyerang dalam balutan “Sarri-ball”, yang membuat dia menjadi idola bagi publik San Paolo. Bahkan, saat Napoli sudah mendatangkan pelatih selevel Carlo Ancelotti yang berjasa bersama AC Milan, Chelsea, Paris Saint Germain, dan Real Madrid, tidak membuat pendukung dan presiden Napoli bisa melupakan Sarri.
Karena itu, saat Sarri memutuskan bergabung dengan Juventus setelah mengakhiri kerja sama dengan Chelsea selama satu musim. De Laurentiis langsung melafalkan doa agar Sarri gagal bersama Juve. “Sarri tidak memenangi apa pun di sini (Napoli), bahkan mungkin nanti juga mengulanginya di Juventus. Dia itu rival dan saya berharap dia tak pernah juara,” kata De Laurentiis, 22 Juni 2019 lalu. (Baca: Hadapi Napoli di Final Coppa Italia, Jauventus Tanpa Tiga Pilar)
Tidak cukup doa keburukan, menjelang final Coppa Italia di Stadion Olimpico, Roma, dini hari nanti, De Laurentiis menyebut Sarri sebagai pengkhianat karena meninggalkan Napoli untuk mendapatkan uang lebih besar bersama Juventus. “Dia meninggalkan Napoli dengan alasan uang yang tidak sepantasnya,” kata De Laurentiis seperti dikutip football-italia.
Pria berusia 71 tahun itu kemudian membandingkan Sarri dengan Gennaro Gattuso yang sekarang menukangi Napoli. “Jika kami berhasil dengan baik di Coppa Italia dan Liga Champions, saya akan bertemu dengannya pada awal Agustus di Capri, di mana kami bisa berbicara tentang perpanjangan tiga atau empat musim,” kata De Laurentiis. (Baca juga: Restu Orangtua Jadi Pembelajaran Tatap Muka)
Pada dini hari nanti, di Stadion Olimpico akan menjadi penentu, apakah doa De Laurentiis terkabul atau sebaliknya. Dari dua pertemuan terakhir musim ini, kedua tim saling mengalahkan. Napoli menang 2-1 dan kalah 3-4 di Seri A. Semua juga tahu jika Juve bukan saja penguasa Seri A yang sudah tidak tergantikan di podium juara lebih dari delapan musim, tapi juga menjadi penguasa Coppa Italia. Sejak Napoli kali terakhir mengangkat trofi pada musim 2013/2014, baru musim lalu dominasi Juve berhasil dihentikan Lazio pada partai final.
Karena itu, jika bisa mengalahkan Juve akan membuat Gattuso bisa menghilangkan bayangan Sarri dan menjadi idola baru di San Paolo. “Kami menghadapi tim Juventus yang terbiasa menang, memiliki mental juara yang hebat, sehingga kami bisa bertarung habis-habisan dan meminta pendapat kami. Kami tahu bahwa butuh performa luar biasa untuk membawa pulang trofi,” kata Gattuso.
Napoli hampir tanpa kendala pada pertandingan nanti, kecuali absennya David Ospina yang bermain gemilang melawan Inter Milan di partai semifinal. Mereka juga baru menikmati penampilan impresif dari Dries Mertens yang baru saja menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa tim serta kemampuan pertahanan di bawah komando Kalidou Koulibaly. Sementara situasi Juve menjadi sedikit berbeda. Gonzalo Higuain, Aaron Ramsey, dan Giorgio Chiellini dikabarkan belum ada kepastian bisa bermain atau tidak. Termasuk Miralem Pjanic kabarnya akan ditepikan setelah dianggap tidak maksimal melawan AC Milan.
Sebagai opsi ada nama Sami Khedira masuk dalam starting line-up. Sementara lini depan, mungkin tidak akan ada perubahan. Cristiano Ronaldo, Paulo Dybala, dan Douglas Costa. “Paling penting adalah kami lolos. Melawan Napoli tentu akan menarik,” kata Sarri. (Lihat videonya: Pemuda di Jombang Membuat Miniatur Sepda dari Sampah)
Sarri menjadi pelatih Napoli dalam kurun waktu 2015–2018. Dalam kurun waktu tiga musim tersebut, Sarri dianggap berhasil mengubah wajah I Partenopei menjadi tim yang kompetitif. Meski tidak mempersembahkan gelar, Napoli selalu memberi tekanan pada Juventus dalam dominasi mereka di Seri A.
Napoli menjadi pengganti Inter Milan, AC Milan, AS Roma, dan Lazio yang sedang tenggelam serta gagal memberi tekanan berarti pada La Veccia Signora. Sarri juga membuat Napoli bermain sepak bola menyerang dalam balutan “Sarri-ball”, yang membuat dia menjadi idola bagi publik San Paolo. Bahkan, saat Napoli sudah mendatangkan pelatih selevel Carlo Ancelotti yang berjasa bersama AC Milan, Chelsea, Paris Saint Germain, dan Real Madrid, tidak membuat pendukung dan presiden Napoli bisa melupakan Sarri.
Karena itu, saat Sarri memutuskan bergabung dengan Juventus setelah mengakhiri kerja sama dengan Chelsea selama satu musim. De Laurentiis langsung melafalkan doa agar Sarri gagal bersama Juve. “Sarri tidak memenangi apa pun di sini (Napoli), bahkan mungkin nanti juga mengulanginya di Juventus. Dia itu rival dan saya berharap dia tak pernah juara,” kata De Laurentiis, 22 Juni 2019 lalu. (Baca: Hadapi Napoli di Final Coppa Italia, Jauventus Tanpa Tiga Pilar)
Tidak cukup doa keburukan, menjelang final Coppa Italia di Stadion Olimpico, Roma, dini hari nanti, De Laurentiis menyebut Sarri sebagai pengkhianat karena meninggalkan Napoli untuk mendapatkan uang lebih besar bersama Juventus. “Dia meninggalkan Napoli dengan alasan uang yang tidak sepantasnya,” kata De Laurentiis seperti dikutip football-italia.
Pria berusia 71 tahun itu kemudian membandingkan Sarri dengan Gennaro Gattuso yang sekarang menukangi Napoli. “Jika kami berhasil dengan baik di Coppa Italia dan Liga Champions, saya akan bertemu dengannya pada awal Agustus di Capri, di mana kami bisa berbicara tentang perpanjangan tiga atau empat musim,” kata De Laurentiis. (Baca juga: Restu Orangtua Jadi Pembelajaran Tatap Muka)
Pada dini hari nanti, di Stadion Olimpico akan menjadi penentu, apakah doa De Laurentiis terkabul atau sebaliknya. Dari dua pertemuan terakhir musim ini, kedua tim saling mengalahkan. Napoli menang 2-1 dan kalah 3-4 di Seri A. Semua juga tahu jika Juve bukan saja penguasa Seri A yang sudah tidak tergantikan di podium juara lebih dari delapan musim, tapi juga menjadi penguasa Coppa Italia. Sejak Napoli kali terakhir mengangkat trofi pada musim 2013/2014, baru musim lalu dominasi Juve berhasil dihentikan Lazio pada partai final.
Karena itu, jika bisa mengalahkan Juve akan membuat Gattuso bisa menghilangkan bayangan Sarri dan menjadi idola baru di San Paolo. “Kami menghadapi tim Juventus yang terbiasa menang, memiliki mental juara yang hebat, sehingga kami bisa bertarung habis-habisan dan meminta pendapat kami. Kami tahu bahwa butuh performa luar biasa untuk membawa pulang trofi,” kata Gattuso.
Napoli hampir tanpa kendala pada pertandingan nanti, kecuali absennya David Ospina yang bermain gemilang melawan Inter Milan di partai semifinal. Mereka juga baru menikmati penampilan impresif dari Dries Mertens yang baru saja menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa tim serta kemampuan pertahanan di bawah komando Kalidou Koulibaly. Sementara situasi Juve menjadi sedikit berbeda. Gonzalo Higuain, Aaron Ramsey, dan Giorgio Chiellini dikabarkan belum ada kepastian bisa bermain atau tidak. Termasuk Miralem Pjanic kabarnya akan ditepikan setelah dianggap tidak maksimal melawan AC Milan.
Sebagai opsi ada nama Sami Khedira masuk dalam starting line-up. Sementara lini depan, mungkin tidak akan ada perubahan. Cristiano Ronaldo, Paulo Dybala, dan Douglas Costa. “Paling penting adalah kami lolos. Melawan Napoli tentu akan menarik,” kata Sarri. (Lihat videonya: Pemuda di Jombang Membuat Miniatur Sepda dari Sampah)