Ngotot Gelar Olimpiade, IOC Jadi Bulan-bulanan Netizen Jepang
Selasa, 25 Mei 2021 - 06:03 WIB
TOKYO - Presiden dan Wakil Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach dan John Coates menjadi bulan-bulanan warga Twitter yang menolak Olimpiade Tokyo 2020 tetap digelar. Hal ini imbas pernyataan Coates yang bersikeras menggelar olimpiade meski dalam keadaan darurat sekalipun.
Coates tak bergeming melihat fakta bahwa saat ini Jepang khususnya Tokyo tengah berstatus darurat Covid-19 . Terhitungberdasarkan laporan yang dikutip dari laman RTNews pekan lalu, Jepang melaporkan sebanyak 5.500 kasus Covid-19 per pekan di Tokyo.
Atas laporan ini pun sebanyak kurang lebih 80% penduduk Jepang menolak dihelatnya Olimpiade Tokyo 2020.Mereka mengkhawatirkan kasus Covid-19 di daerahnya semakin merebak seiring banyaknya atlet yang datang dari luar negeri.
Coates tetap berkeyakinan olimpiade akan berjalan dengan aman dan nyaman karena telah terbukti di ajang uji coba yang dipertandingkan sebelumnya. Keadaan darurat pun bukan penghalang ajang olahraga terbesar ini tetap digelar.
"Semua rencana yang kami miliki untuk melindungi keselamatan dan keamanan para atlet dan rakyat Jepang didasarkan pada kemungkinan keadaan yang paling buruk, jadi jawabannya (jika Olimpiade dapat dilanjutkan dalam keadaan darurat) adalah ya,” kata Coates Sabtu 22 Mei 2021 lalu.
Melihat pernyataan ini memicu sejumlah kritik dari pengguna Twitter khususnya warga Jepang. Mereka menilai, ucapan Coates tak bertanggung jawab dan seakan-akan mengorbankan keselamatan masyarakat.
"Apakah dia mengatakan bahwa keselamatan, kesehatan, dan kehidupan orang Jepang harus dikorbankan untuk Olimpiade?" kata salah satu pengguna Twitter dikutip dari laman Guardian, Senin (24/5/2021).
“Mengapa orang di Jepang harus berkorban untuk Olimpiade selama pandemi? Ini jelas tidak bisa diterima,” ucap akun lain.
Bukan hanya itu, kritik juga datang dari Kepala Eksekutif SoftBank Group, Masayoshi Son. Dalam postingan Twitter-nya, Son menanggapi perihal denda yang dimungkinkan dikenakan bila olimpiade dibatalkan.
Menurutnya, denda tersebut masih jauh lebih murah dibanding kerugian bila terjadinya persebaran Covid-19 yang lebih luas selama pergelaran olimpiade. Bukan hanya berdampak buruk bagi keuangan negara, namun hilangnya nyawa bisa semakin mungkin terjadi.
“Ada pembicaraan tentang penalti besar (jika Olimpiade dibatalkan). Tetapi jika 100.000 orang dari 200 negara turun ke Jepang yang lamban vaksin dan varian mutan menyebar, nyawa bisa hilang. Subsidi dapat terjadi jika keadaan darurat dipanggil, dan produk domestik bruto bisa turun. Jika kita mempertimbangkan apa yang harus ditanggung publik, saya pikir kita bisa memiliki lebih banyak kerugian,” ucap miliarder telekomunikasi ini.
Coates tak bergeming melihat fakta bahwa saat ini Jepang khususnya Tokyo tengah berstatus darurat Covid-19 . Terhitungberdasarkan laporan yang dikutip dari laman RTNews pekan lalu, Jepang melaporkan sebanyak 5.500 kasus Covid-19 per pekan di Tokyo.
Atas laporan ini pun sebanyak kurang lebih 80% penduduk Jepang menolak dihelatnya Olimpiade Tokyo 2020.Mereka mengkhawatirkan kasus Covid-19 di daerahnya semakin merebak seiring banyaknya atlet yang datang dari luar negeri.
Coates tetap berkeyakinan olimpiade akan berjalan dengan aman dan nyaman karena telah terbukti di ajang uji coba yang dipertandingkan sebelumnya. Keadaan darurat pun bukan penghalang ajang olahraga terbesar ini tetap digelar.
"Semua rencana yang kami miliki untuk melindungi keselamatan dan keamanan para atlet dan rakyat Jepang didasarkan pada kemungkinan keadaan yang paling buruk, jadi jawabannya (jika Olimpiade dapat dilanjutkan dalam keadaan darurat) adalah ya,” kata Coates Sabtu 22 Mei 2021 lalu.
Melihat pernyataan ini memicu sejumlah kritik dari pengguna Twitter khususnya warga Jepang. Mereka menilai, ucapan Coates tak bertanggung jawab dan seakan-akan mengorbankan keselamatan masyarakat.
"Apakah dia mengatakan bahwa keselamatan, kesehatan, dan kehidupan orang Jepang harus dikorbankan untuk Olimpiade?" kata salah satu pengguna Twitter dikutip dari laman Guardian, Senin (24/5/2021).
“Mengapa orang di Jepang harus berkorban untuk Olimpiade selama pandemi? Ini jelas tidak bisa diterima,” ucap akun lain.
Bukan hanya itu, kritik juga datang dari Kepala Eksekutif SoftBank Group, Masayoshi Son. Dalam postingan Twitter-nya, Son menanggapi perihal denda yang dimungkinkan dikenakan bila olimpiade dibatalkan.
Menurutnya, denda tersebut masih jauh lebih murah dibanding kerugian bila terjadinya persebaran Covid-19 yang lebih luas selama pergelaran olimpiade. Bukan hanya berdampak buruk bagi keuangan negara, namun hilangnya nyawa bisa semakin mungkin terjadi.
“Ada pembicaraan tentang penalti besar (jika Olimpiade dibatalkan). Tetapi jika 100.000 orang dari 200 negara turun ke Jepang yang lamban vaksin dan varian mutan menyebar, nyawa bisa hilang. Subsidi dapat terjadi jika keadaan darurat dipanggil, dan produk domestik bruto bisa turun. Jika kita mempertimbangkan apa yang harus ditanggung publik, saya pikir kita bisa memiliki lebih banyak kerugian,” ucap miliarder telekomunikasi ini.
(sha)
tulis komentar anda