Trofi Paris Masters Jadi Modal Medvedev di Ajang ATP Finals
loading...
A
A
A
PARIS - Petenis terbaik asal Rusia Daniil Medvedev dalam kondisi terbaik jelang perebutan gelar juara ATP Finals pada musim ini. Trofi Paris Masters 2020 menjadi modal penting petenis peringkat lima dunia tersebut.
Wajar jika Medvedev percaya diri dengan suksesnya di Paris. Pasalnya, dia tidak ingin mengulangi kesalahan tahun lalu. Ketika itu, petenis berusia 24 tahun ini menjalani debut di ATP Finals dengan buruk. Tiga pertandingan di fase grup seluruhnya berakhir dengan kekalahan. (Baca: Baca Doa Ini Sebelum Shalat, Setan Bakal Kabur)
Tidak hanya itu, Medvedev juga memiliki modal yang kurang bagus sebelum bermain di ATP Finals tersebut. Setelah mencapai final enam kali secara beruntun, termasuk Amerika Serikat Terbuka, dia menelan kekalahan di babak pertama Paris Masters 2019. Kondisi itu ternyata berdampak pada psikologisnya sehingga tidak mampu menunjukkan performa terbaiknya di London.
Kini, Medvedev berada dalam kepercayaan diri tinggi setelah mengalahkan Alexander Zverev (Jerman) 5-7, 6-4, 6-1 pada final Paris Masters 2020 di Bercy Arena, Minggu (8/11) malam. Apalagi, ini merupakan trofi pertamanya sepanjang musim ini.
“Saya datang dalam kondisi yang lebih baik dari tahun lalu. Tahun lalu, saya benar-benar kelelahan sehingga kalah di babak pertama di Paris. Saat itulah Anda kehilangan kepercayaan diri. Saya baru saja memenangkan turnamen dan akan mendapat libur beberapa hari. Pergi ke London dan latihan dengan baik. Mudah-mudahan bisa mendapatkan beberapa kemenangan di sana,” kata Medvedev, dilansir france24.
Kekalahan Medvedev di final ATP Finals yang paling mengecewakan pada 2019 terjadi saat melawan Rafael Nadal. Ketika itu, dia sempat unggul 5-1 pada set ketiga dan match point. Sayang, petenis kelahiran Moskow, 11 Februari 1996, itu tak mampu mempertahankan kemenangan dan akhirnya menyerah 7-6, 3-6, 6-7.
Medvedev mengatakan dirinya sekarang jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dia juga yakin kejadian semacam itu tak akan kembali terulang, khususnya saat bertanding di ATP Finals. (Baca juga: UIN Jakarta Dirikan Pusat Kajian Halal)
“Anda tidak akan meratapi hasil pertandingan seumur hidup. Itu hampir menjadi pertandingan terakhir musim ini bagi saya. Saya tahu harus meninggalkannya dan belajar untuk mencari cara yang tepat. Jika Anda unggul 5-1 dan bahkan kehilangan servis Anda pada 5-2, Anda tidak boleh gila, karena Anda masih di atas,” tandasnya.
Yang jelas, keberhasilan itu membuatnya menjadi petenis Rusia keempat yang menjuarai Paris Masters. Sebelumnya, Marat Safin (2000, 2002, 2004), Nikolay Davydenko (2006), dan Karen Khachanov (2018) juga sukses melakukan hal yang sama. Petenis yang tampil di final pertamanya pada musim ini mencatatkan 23-10 dengan kemenangan atas Zverev.
Padahal, Medvedev hanya mengantongi tiga kemenangan dari delapan pertandingan sebelum bermain di Paris. Namun, dia berhasil menemukan level terbaik dengan mengalahkan sejumlah petenis andal sepeti Kevin Anderson, Milos Raonic, Diego Schwartzman, dan Zverev, sebelum mengakhiri puasa gelar selama 13 bulan.
“Saya bermain di turnamen ini, terutama di final. Setelah set pertama, saya bisa saja menyerah karena Sascha servis dan bermain dengan baik. Saya hanya bertahan dan di satu momen, saya meningkatkan level saya, mulai memberinya tekanan, dan hal itu bekerja dengan baik,” tuturnya.
Sementara itu, harapan Zverev untuk mengklaim gelar ketiga secara beruntun untuk pertama kali akhirnya kandas. Sebelumnya, dia mengantongi gelar di dua turnamen yang secara beruntun digelar di Cologne, Jerman. Sayang, keberhasilan itu tak mampu dilanjutkannya di Paris. Dia mengalami kelelahan setelah mencatatkan 12 kemenangan beruntun. (Lihat videonya: Kian Heboh Video Asusila Mirip Gisel dan Jedar di Medsos)
“Saya merasakan sakit yang aneh di paha. Saya harus memeriksa apa itu. Rasanya tidak enak. Namun, itu bukan alasan saya kalah. Saya juga kelelahan hari ini,” kata Zverev, yang gagal mengikuti langkah pelatihnya, David Ferrer, yang memenangkan gelar Paris Masters pada musim 2012. (Raikhul Amar)
Wajar jika Medvedev percaya diri dengan suksesnya di Paris. Pasalnya, dia tidak ingin mengulangi kesalahan tahun lalu. Ketika itu, petenis berusia 24 tahun ini menjalani debut di ATP Finals dengan buruk. Tiga pertandingan di fase grup seluruhnya berakhir dengan kekalahan. (Baca: Baca Doa Ini Sebelum Shalat, Setan Bakal Kabur)
Tidak hanya itu, Medvedev juga memiliki modal yang kurang bagus sebelum bermain di ATP Finals tersebut. Setelah mencapai final enam kali secara beruntun, termasuk Amerika Serikat Terbuka, dia menelan kekalahan di babak pertama Paris Masters 2019. Kondisi itu ternyata berdampak pada psikologisnya sehingga tidak mampu menunjukkan performa terbaiknya di London.
Kini, Medvedev berada dalam kepercayaan diri tinggi setelah mengalahkan Alexander Zverev (Jerman) 5-7, 6-4, 6-1 pada final Paris Masters 2020 di Bercy Arena, Minggu (8/11) malam. Apalagi, ini merupakan trofi pertamanya sepanjang musim ini.
“Saya datang dalam kondisi yang lebih baik dari tahun lalu. Tahun lalu, saya benar-benar kelelahan sehingga kalah di babak pertama di Paris. Saat itulah Anda kehilangan kepercayaan diri. Saya baru saja memenangkan turnamen dan akan mendapat libur beberapa hari. Pergi ke London dan latihan dengan baik. Mudah-mudahan bisa mendapatkan beberapa kemenangan di sana,” kata Medvedev, dilansir france24.
Kekalahan Medvedev di final ATP Finals yang paling mengecewakan pada 2019 terjadi saat melawan Rafael Nadal. Ketika itu, dia sempat unggul 5-1 pada set ketiga dan match point. Sayang, petenis kelahiran Moskow, 11 Februari 1996, itu tak mampu mempertahankan kemenangan dan akhirnya menyerah 7-6, 3-6, 6-7.
Medvedev mengatakan dirinya sekarang jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dia juga yakin kejadian semacam itu tak akan kembali terulang, khususnya saat bertanding di ATP Finals. (Baca juga: UIN Jakarta Dirikan Pusat Kajian Halal)
“Anda tidak akan meratapi hasil pertandingan seumur hidup. Itu hampir menjadi pertandingan terakhir musim ini bagi saya. Saya tahu harus meninggalkannya dan belajar untuk mencari cara yang tepat. Jika Anda unggul 5-1 dan bahkan kehilangan servis Anda pada 5-2, Anda tidak boleh gila, karena Anda masih di atas,” tandasnya.
Yang jelas, keberhasilan itu membuatnya menjadi petenis Rusia keempat yang menjuarai Paris Masters. Sebelumnya, Marat Safin (2000, 2002, 2004), Nikolay Davydenko (2006), dan Karen Khachanov (2018) juga sukses melakukan hal yang sama. Petenis yang tampil di final pertamanya pada musim ini mencatatkan 23-10 dengan kemenangan atas Zverev.
Padahal, Medvedev hanya mengantongi tiga kemenangan dari delapan pertandingan sebelum bermain di Paris. Namun, dia berhasil menemukan level terbaik dengan mengalahkan sejumlah petenis andal sepeti Kevin Anderson, Milos Raonic, Diego Schwartzman, dan Zverev, sebelum mengakhiri puasa gelar selama 13 bulan.
“Saya bermain di turnamen ini, terutama di final. Setelah set pertama, saya bisa saja menyerah karena Sascha servis dan bermain dengan baik. Saya hanya bertahan dan di satu momen, saya meningkatkan level saya, mulai memberinya tekanan, dan hal itu bekerja dengan baik,” tuturnya.
Sementara itu, harapan Zverev untuk mengklaim gelar ketiga secara beruntun untuk pertama kali akhirnya kandas. Sebelumnya, dia mengantongi gelar di dua turnamen yang secara beruntun digelar di Cologne, Jerman. Sayang, keberhasilan itu tak mampu dilanjutkannya di Paris. Dia mengalami kelelahan setelah mencatatkan 12 kemenangan beruntun. (Lihat videonya: Kian Heboh Video Asusila Mirip Gisel dan Jedar di Medsos)
“Saya merasakan sakit yang aneh di paha. Saya harus memeriksa apa itu. Rasanya tidak enak. Namun, itu bukan alasan saya kalah. Saya juga kelelahan hari ini,” kata Zverev, yang gagal mengikuti langkah pelatihnya, David Ferrer, yang memenangkan gelar Paris Masters pada musim 2012. (Raikhul Amar)
(ysw)