Artis Cantik Ini Diteror Setelah Komentari Pemberitaan Maradona
loading...
A
A
A
SEBENARNYA, pertandingan antara tim wanita Deportivo la Coruna dan Viajes InterRías FF sebenarnya hanya pertandingan persahabatan biasa. Tapi, pertandingan itu seperti menjadi isu internasional karena aksi yang dilakukan salah satu pemain yang memilih duduk menghadap ke belakang saat kedua tim mengheingkan cipta satu menit untuk menghormati Diego Maradona yang meninggal pekan lalu,
Dia adalah pemain Viajes InterRías FF Paula Dapena. Aksi Dapena duduk di lapangan sebagai bentuk protes tentang penghormatan kepada pemain Argentina. "Segera setelah saya mengetahui bahwa akan ada tindakan dalam ingatannya, saya menolak untuk mengamati keheningan menit itu untuk pemerkosa, pedofil dan pelaku," kata Dapena dikutip AS.
Selain pemain, Dapena memang dikenala rekan satu timnya sebagai wanita dengan cita-cita feminis yang kuat. Dia heran kenapa penghormatan kepada Maradona dilakukan sebelum laga tim wanita yang digelar untuk memeringati Hari Internasional Menentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan, padahal Maradona terkenal melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Pemberitaan tentang Maradona, dianggap sudah menggaburkan esensi dari peringatan hari kekerasan pada perempuan.
"Tanpa keraguan. Media beralih dari berbicara tentang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan menjadi secara eksklusif berbicara tentang Maradona karena dia adalah idola bagi banyak orang. Dampak dari hari yang begitu penting bagi banyak wanita telah hilang," tandasnya.
Aksi Dapena bukan tanpa risiko. Dia mengaku mendapatkan banyak teror, tekanan bahkan pelecehan. Dia menerima banyak pelecehan dari sejumlah platform media sosial miliknya bahkan beberapa rekan satu timnya juga menjadi sasaran. "Bukan hanya pelecehan tetapi ada ancaman kematian dengan pesan yang mengklaim mereka akan menemukan alamat saya, melacak saya dan 'mematahkan kaki saya'," tambahnya.
Selain Dapena, penyanyi Italia Laura Pausini ikut mempertanyakan tingkat pemberitaan di Italia pasca meninggalnya Maradona . Pausina melawan arus dengan mengatakan mantan Maradona adalah orang tidak begitu penting di akun media sosialnya. Ini seperti melawan arus besar di Italia, terutama masayarakat Napoli yang mendewakan Maradona.
"Di Italia, kematian seorang maestro sepak bola, tetapi orang yang tidak terlalu signifikan karena hal yang dilakukan, tapi mberita lebih besar daripada hilangnya banyak wanita yang dianiaya dan dilecehkan. Wanita-wanita ini tidak termasuk dalam berita utama negara ini. Saya benar-benar tidak tahu harus berpikir apa," tulisnya dikutip Marca.
Postingan ini langsung mengundang reaksi negatif dan positif. Imbasnya, Pausini kemudian menghapusnya untuk menghidari kontrversi. Meski sudah menghapus, Pausini kembali membagikan pesan di media sosial dan menyoroti pentingnya meningkatkan kesadaran bagi perempuan di seluruh dunia yang menjadi korban kekerasan.
Dia adalah pemain Viajes InterRías FF Paula Dapena. Aksi Dapena duduk di lapangan sebagai bentuk protes tentang penghormatan kepada pemain Argentina. "Segera setelah saya mengetahui bahwa akan ada tindakan dalam ingatannya, saya menolak untuk mengamati keheningan menit itu untuk pemerkosa, pedofil dan pelaku," kata Dapena dikutip AS.
Selain pemain, Dapena memang dikenala rekan satu timnya sebagai wanita dengan cita-cita feminis yang kuat. Dia heran kenapa penghormatan kepada Maradona dilakukan sebelum laga tim wanita yang digelar untuk memeringati Hari Internasional Menentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan, padahal Maradona terkenal melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Pemberitaan tentang Maradona, dianggap sudah menggaburkan esensi dari peringatan hari kekerasan pada perempuan.
"Tanpa keraguan. Media beralih dari berbicara tentang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan menjadi secara eksklusif berbicara tentang Maradona karena dia adalah idola bagi banyak orang. Dampak dari hari yang begitu penting bagi banyak wanita telah hilang," tandasnya.
Aksi Dapena bukan tanpa risiko. Dia mengaku mendapatkan banyak teror, tekanan bahkan pelecehan. Dia menerima banyak pelecehan dari sejumlah platform media sosial miliknya bahkan beberapa rekan satu timnya juga menjadi sasaran. "Bukan hanya pelecehan tetapi ada ancaman kematian dengan pesan yang mengklaim mereka akan menemukan alamat saya, melacak saya dan 'mematahkan kaki saya'," tambahnya.
Selain Dapena, penyanyi Italia Laura Pausini ikut mempertanyakan tingkat pemberitaan di Italia pasca meninggalnya Maradona . Pausina melawan arus dengan mengatakan mantan Maradona adalah orang tidak begitu penting di akun media sosialnya. Ini seperti melawan arus besar di Italia, terutama masayarakat Napoli yang mendewakan Maradona.
"Di Italia, kematian seorang maestro sepak bola, tetapi orang yang tidak terlalu signifikan karena hal yang dilakukan, tapi mberita lebih besar daripada hilangnya banyak wanita yang dianiaya dan dilecehkan. Wanita-wanita ini tidak termasuk dalam berita utama negara ini. Saya benar-benar tidak tahu harus berpikir apa," tulisnya dikutip Marca.
Postingan ini langsung mengundang reaksi negatif dan positif. Imbasnya, Pausini kemudian menghapusnya untuk menghidari kontrversi. Meski sudah menghapus, Pausini kembali membagikan pesan di media sosial dan menyoroti pentingnya meningkatkan kesadaran bagi perempuan di seluruh dunia yang menjadi korban kekerasan.
(ruf)