Terdampak Covid-19, Lima Toko Penjualan Merchandise Olimpiade Ditutup

Jum'at, 15 Mei 2020 - 11:30 WIB
loading...
Terdampak Covid-19, Lima Toko Penjualan Merchandise Olimpiade Ditutup
Foto/Istimewa
A A A
TOKYO - Penundaan Olimpiade 2020 hingga tahun depan mulai berdampak pada penjualan merchandise pesta olahraga terakbar di dunia tersebut. Lima toko menjual produk Olimpiade dan Paralimpade berlisensi terpaksa ditutup di tengah penurunan penjualan.

Dari 89 toko yang berlisensi Olimpiade Tokyo 2020 di Negeri Sakura tersebut, lima di antaranya tutup. Beberapa toko yang mengalami dampak negatif ini setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendeklarasikan keadaan darurat dari virus korona di tujuh prefektur pada 7 April lalu. Sebelumnya, virus yang menyerang saluran pernapasan ini pula yang menyebabkan Olimpiade ditunda satu tahun.

Tidak hanya itu, Abe juga memperluas kebijakannya secara nasional pada 16 April dengan langkah-langkah restriktif yang ditetapkan untuk berlangsung hingga 31 Mei. Saat ini ada hampir 16.000 kasus virus korona di Jepang yang telah mengakibatkan lebih dari 650 meninggal dunia. (Baca: Juara Dunia Renang Asal Hungaria Positif Corona)

Sementara kontrak antara Tokyo 2020 dan pemilik toko akan berakhir pada akhir musim panas. Kondisi ini menjadi masalah karena penundaan Olimpiade dan Paralimpiade akan berlangsung hingga 2021. Karena itu, pemilik toko merasa rugi, apalagi daya beli juga masih lemah akibat belum ada kepastian apakah multievent terbesar di dunia ini bisa berlangsung atau tidak.

Juru bicara Tokyo 2020 Masa Takaya menyatakan bahwa toko keenam di Osaka juga akan dirampingkan pada awal Juni. Penyelenggara Tokyo mengatakan 89 toko beroperasi di sekitar Jepang pada akhir April. Bahkan, dia juga tidak bisa mengesampingkan akan lebih ada banyak penutupan toko di tengah pemberitaan apakah Olimpiade bisa berlangsung atau tidak pada tahun depan.

"Kami sedang mendiskusikan kontrak dengan pemilik toko. Saya tidak bisa mengatakan dengan tepat berapa banyak toko yang akan terpengaruh," kata Takaya, dilansir insidethegames. "Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dalam tiga pekan ke depan. Sulit untuk mengatakan berapa banyak toko yang akan tersisa pada Juni," ujarnya.

Panitia telah menganggarkan pendapatan sekitar USD100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun dari penjualan aksesori Olimpiade. Ini adalah bagian kecil dari anggaran operasi yang dibiayai swasta sebesar USD 5,6 miliar (Rp83,5 triliun). Jumlah pendapatan terbesar adalah dari sponsor lokal yang membayar USD3,3 miliar (Rp 49,2 triliun) untuk menjadi bagian dari Olimpiade.

Secara keseluruhan, Jepang menyatakan akan menghabiskan USD12,6 miliar (Rp187 triliun) untuk menyelenggarakan Olimpiade, meskipun audit nasional mengatakan jumlahnya akan membengkak dua kali lipat. Seluruhnya menggunakan uang publik kecuali untuk anggaran operasi USD5,6 miliar.

Sementara penyelenggara mengatakan sekitar 5.500 produk sedang dijual di toko-toko "berlisensi", yang berupa topi, t-shirt, dan bahkan sumpit yang semuanya membawa logo resmi, Tokyo dan Olimpiade. Namun, Takaya mengatakan beberapa produk tidak semuanya dibuat di Jepang. Banyak produk, termasuk maskot boneka binatang - Miraitowa untuk Olimpiade dan Someity for the Paralympics, berlabel bertuliskan buatan China atau Vietnam. (Baca juga: Penundaan Olimpiade Membuat Jepang Terbebani Masalah Keuangan)

"Tokyo 2020 tidak memiliki jumlah agregat dalam hal berapa banyak produk yang dibuat di Jepang atau di luar Jepang. Panitia Tokyo memiliki kontrak dengan pemasok yang sebagian besar bebas untuk mencari produk di mana mereka inginkan," ungkapnya.

Olimpiade 2020 dijadwal ulang karena kasus virus korona yang terus meningkat di seluruh dunia. Nantinya, Olimpiade akan berlangsung dari 23 Juli hingga 8 Agustus 2021, sedangkan Paralimpiade akan digelar pada 24 Agustus hingga 5 September. (Raikhul Amar)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2866 seconds (0.1#10.140)