Kontroversi Laurel Hubbard Lifter Transgender Guncang Olimpiade Tokyo

Selasa, 22 Juni 2021 - 06:45 WIB
loading...
Kontroversi Laurel Hubbard Lifter Transgender Guncang Olimpiade Tokyo
Kontroversi Laurel Hubbard Lifter Transgender Guncang Olimpiade Tokyo/The Sun
A A A
Kontroversi Laurel Hubbard lifter transgender pertama mengguncang Olimpiade Tokyo setelah mengatasi cedera yang mengancam kariernya. Hubbard akan tampil di cabang olahraga angkat besi di sektor wanita.

Kepastian Hubbard tampil di Olimpiade Tokyo 2020 setelah Selandia Baru memasukkannya sebagai lifter seiring modifikasi terbaru pada persyaratan kualifikasi.Pria berusia 43 tahun, yang banyak mengira kariernya berakhir pada 2018 setelah mengalami cedera parah pada sikunya, sebelumnya berkompetisi di nomor pria hingga menjadi transgender pada 2013.



Sejumlah kritikus mengklaim Hubbard membuat rasa tidak adil meskipun yang lain berpendapat bahwa harus ada lebih banyak inklusi di Olimpiade. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Komite Olimpiade Selandia Baru hari ini, Hubbard mengatakan: ’’Saya berterima kasih dan rendah hati dengan kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya oleh begitu banyak warga Selandia Baru."

Hubbard sekarang akan bersaing dalam kategori angkat besi 87 kg wanita. Dia memenuhi syarat ketika Komite Olimpiade Internasional pada 2015 mengubah aturannya.

IOC sekarang mengizinkan atlet transgender untuk bersaing sebagai wanita jika kadar testosteron mereka, hormon yang meningkatkan massa otot, berada di bawah ambang batas tertentu. Tingkat testosteron Hubbard berada di bawah ambang batas itu, tetapi itu tidak menghentikan kritik yang mengklaim partisipasinya di Olimpiade masih tidak adil bagi atlet kelahiran wanita.



Mereka menunjuk pada keuntungan biologis, seperti peningkatan kepadatan tulang dan otot, dari mereka yang mengalami pubertas sebagai laki-laki.Rekan angkat besi Anna Vanbellinghen, yang akan bersaing dalam kategori Hubbard, mengatakan tidak adil bagi wanita dan 'seperti lelucon buruk' jika dia diizinkan untuk berpartisipasi di Tokyo.

Meskipun atlet Belgia itu mengatakan bahwa dia sepenuhnya mendukung komunitas transgender, prinsip inklusi tidak boleh 'dengan mengorbankan atlet wanita lain'. “Siapa pun yang telah melatih angkat besi di tingkat tinggi tahu ini benar di tulang mereka: situasi khusus ini tidak adil untuk olahraga dan para atlet,''kata Vanbellinghen.
(aww)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2194 seconds (0.1#10.140)