Kisah Roman Abramovich: Anak Yatim Piatu Penjual Boneka Jadi Miliarder
loading...
A
A
A
Kehidupan Roman Abramovich adalah kisah seorang anak yatim piatu penjual boneka dari Rusia yang berubah menjadi miliarder. Kekayaan Roman Abramovich yang mencapai £10 miliar atau sekitar Rp188 triliun membuatnya dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Seiring pecah perang Rusia vs Ukraina , Roman Abramovich menjadi pesakitan terkena sanksi dari pemerintah Inggris. Aset kekayaannya mulai dari kepemilikan klub Chelsea hingga kapal pesiar diburu Uni Eropa untuk disita sebagai imbas dari arogansi Vladimir Putin menginvasi Ukraina.
Portofolio propertinya di London termasuk sebuah rumah mewah dengan 15 kamar tidur £ 170 juta di Kensington juga dibekukan karena dugaan hubungan dengan tiran Rusia Vladimir Putin. Dengan kemungkinan asetnya disita, dia sekarang mencoba menjual juara bertahan Eropa Chelsea seharga £3 miliar.
Siapa Roman Abramovich? Pria bernama lengkap Roman Arkadyevich Abramovich ini dahulu hanyalah orang biasa. Ibunya, Irina, meninggal pada usia 28 tahun sebelum ulang tahun pertamanya setelah aborsi di jalan yang salah.
Delapan belas bulan kemudian, ayahnya, Arkady, meninggal ketika baru berusia 32 tahun. Abramovich kemudian dibesarkan oleh pamannya Leib dan bibinya Lyudmila. Abramovich dipanggil menjadi tentara pada usia 18 tahun.
Saat dewasa, Abramovich mendirikan perusahaan pembuat boneka di Moskow. Empat tahun setelah mendirikan perusahaan pembuat boneka pada tahun 1988 dengan istri pertama Olga, dia mulai berdagang minyak tepat saat Uni Soviet runtuh.
Dalam kehidupan rumah tangga, Abramovich yang berusia 55 tahun menikah dan bercerai tiga kali dengan memiliki tujuh anak. Abramovich juga dikabarkan memiliki kekasih seorang mantan atlet top senam Rusia yang bersembunyi di Swiss.
Jejak bisnis yang membuatnya menjadi miliarder membawanya berhubungan dengan orang-orang yang nantinya akan menjadi pendukung utama Putin. Mereka termasuk Boris Berezovsky dan juga Arkady "Badri" Patarkatsishvili, yang keduanya berselisih dengan presiden Rusia dan mati dalam keadaan yang mengenaskan.
Pengacara telah mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa Berezovsky "setuju dia akan menggunakan pengaruh pribadi dan politiknya" untuk membantu Abramovich mencapai "langkah legislatif yang diperlukan" untuk menciptakan raksasa minyak dan gas Sibneft, yang kemudian dijual ke Gazprom milik negara.
Seiring pecah perang Rusia vs Ukraina , Roman Abramovich menjadi pesakitan terkena sanksi dari pemerintah Inggris. Aset kekayaannya mulai dari kepemilikan klub Chelsea hingga kapal pesiar diburu Uni Eropa untuk disita sebagai imbas dari arogansi Vladimir Putin menginvasi Ukraina.
Portofolio propertinya di London termasuk sebuah rumah mewah dengan 15 kamar tidur £ 170 juta di Kensington juga dibekukan karena dugaan hubungan dengan tiran Rusia Vladimir Putin. Dengan kemungkinan asetnya disita, dia sekarang mencoba menjual juara bertahan Eropa Chelsea seharga £3 miliar.
Siapa Roman Abramovich? Pria bernama lengkap Roman Arkadyevich Abramovich ini dahulu hanyalah orang biasa. Ibunya, Irina, meninggal pada usia 28 tahun sebelum ulang tahun pertamanya setelah aborsi di jalan yang salah.
Delapan belas bulan kemudian, ayahnya, Arkady, meninggal ketika baru berusia 32 tahun. Abramovich kemudian dibesarkan oleh pamannya Leib dan bibinya Lyudmila. Abramovich dipanggil menjadi tentara pada usia 18 tahun.
Saat dewasa, Abramovich mendirikan perusahaan pembuat boneka di Moskow. Empat tahun setelah mendirikan perusahaan pembuat boneka pada tahun 1988 dengan istri pertama Olga, dia mulai berdagang minyak tepat saat Uni Soviet runtuh.
Dalam kehidupan rumah tangga, Abramovich yang berusia 55 tahun menikah dan bercerai tiga kali dengan memiliki tujuh anak. Abramovich juga dikabarkan memiliki kekasih seorang mantan atlet top senam Rusia yang bersembunyi di Swiss.
Jejak bisnis yang membuatnya menjadi miliarder membawanya berhubungan dengan orang-orang yang nantinya akan menjadi pendukung utama Putin. Mereka termasuk Boris Berezovsky dan juga Arkady "Badri" Patarkatsishvili, yang keduanya berselisih dengan presiden Rusia dan mati dalam keadaan yang mengenaskan.
Pengacara telah mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa Berezovsky "setuju dia akan menggunakan pengaruh pribadi dan politiknya" untuk membantu Abramovich mencapai "langkah legislatif yang diperlukan" untuk menciptakan raksasa minyak dan gas Sibneft, yang kemudian dijual ke Gazprom milik negara.