Di MotoGP Rossi dan Marquez Tidak Akur, Tapi Disitulah Menariknya

Selasa, 03 Januari 2017 - 08:00 WIB
Di MotoGP Rossi dan Marquez Tidak Akur, Tapi Disitulah Menariknya
Di MotoGP Rossi dan Marquez Tidak Akur, Tapi Disitulah Menariknya
A A A
CALIFORNIA - Bagi Anda pecinta setia Kejuaraan Dunia Superbike. Mungkin Anda masih mengingat nama Ben Bostrom. Ya, walau tak terlalu menonjol seperti Ben Spies. Tapi dengan Ducati, dia pernah finis di peringkat ketiga WSBK 2001.
Ben Bostrom (kanan) bersama Paolo Casoli (kiri) dan Carl Fogarty dengan tim Ducati di Superbike. (Foto-daidegasforum)
Kepada GPOne, dia berbicara soal Superbike masa kini, MotoGP dengan Valentino Rossi dan Marc Marqueznya, hingga reuni masa lalu, dan pembinaan pembalap muda di Amerika Serikat. Seperti diketahui, AS tak punya lagi juara dunia MotoGP setelah Nicky Hayden di 2006. Pun di Superbike sejak Ben Spies bersama Yamaha pada 2009. Berikut kami tampilkan petikan wawancara dengan Ben ‘BB’ Bostrom yang kini berusia 42 tahun.
Ben Bostrom bersama motor Ducati Superbike nomor 155 miliknya dan Carl Fogarty. (Foto.wsbk)
2001 jadi musim terbaik Anda di Superbike dengan nomor motor 155?
“Ya, sangat baik. Karena saya memacu motor tim pabrikan Ducati, juga dengan ban Dunlop yang memiliki level sama dengan Michelin. Tim kami berjuang untuk menang hingga akhir musim. Saya bertarung ketat dengan teman saya sendiri (Colin Edwards/Honda, yang finis runner-up). Padahal sebelum dan sesudah lomba, saya makan pizza dan minum bir bersama di motorhome kami. Itu menunjukkan saya akur dengan semua pembalap.”

Siapa rival tersulit Anda semasa balapan di Superbike?
“(Sambil tertawa)...Noriyuki Haga! Anda bisa mendengar suara mesin motornya sedang berada di belakang motor Anda. Dia selalu mencoba untuk melewati (overtaking) di tempat yang tak seorang pun bisa membayangkannya. Dia benar-benar gila. Satu lagi adalah Troy Bayliss, dia mencoba untuk mendekati dan melewati Anda setiap saat, dan dia tidak peduli. Itu kepribadiannya di trek. Dia akan mengendus bau Anda, seperti anjing mencari tulang. Tapi di luar lintasan, dia adalah seorang pria sejati, seperti Frankie (Pierfrancesco) Chili dan Gio Bussei.”

Anda tak pernah balapan lagi dalam beberapa tahun terakhir. Apakah Anda masih aktif dalam olahraga ini atau yang lain?
“Sekarang saya duduk di atas jok sepeda, dan percayalah itu lebih sulit ketimbang di atas motor balap. Saya seorang ayah profesional dan di waktu senggang, saya mengikuti balapan, khususnya Nicky Hayden. Karena kembali ke Superbike dari MotoGP tidak mudah. Saat ini, dia dan (Patrick) Jacobsen adalah para pembalap Amerika Serikat yang signifikan di luar Amerika Serikat. AMA Superbike di AS pernah berada dalam kesulitan. Tapi sekarang, dengan MotoAmerica dan cara Wayne Rainey menjalankannya. Semuanya akan meningkat, tetapi memang bakal memakan waktu untuk menuai hasil yang benar dan mengekspor pembalap muda (seperti di masa kejayaan AS di GP Motor dan Superbike).”

Apa yang Anda sarankan untuk meningkatkan kualitas Superbike?
“Para pembalap harus berada di halaman depan media umum, sehingga publik mengenali siapa protagonisnya. Valentino Rossi adalah seorang all-around selebriti dan bukan hanya pembalap motor.”
“Saya juga berbagai popularitas, karena saya juga muncul di berbagai bisnis pertunjukan dan majalah musik. Kesuksesan sebuah kejuaraan, tergantung kepada di mana superstar berada. Fans akan pergi ke arah adanya konflik. Di MotoGP, Rossi dan Marc Marquez tidak akur dan itulah yang telah menarik orang banyak.”
“Namun untuk menghindari masalah, selebriti perlu untuk selalu menjadi dirinya sendiri, dalam situasi apapun. Siapapun yang berbohong atau merancang bagian dalam permainan, cepat atau lambat akan segera terekspos, dan itu akan menjadi sangat memalukan.”

Insiden kebencian terbaru atau konflik, kadang diciptakan untuk meningkatkan ketegangan antar pembalap?
“Dalam karier balap saya yang panjang. Saya tidak pernah punya musuh dan saya tidak pernah membenci pembalap manapun. Ketika saya membuka helm, saya harus mengucapkan selamat kepada rival saya. Karena berkat mereka, Anda telah terdorong untuk melampaui batas kemampuan Anda di lintasan.”

Grid start Superbike mulai 2017 akan berubah di race 2. Pendapat Anda?
“Well, semua itu akan bagus untuk orang banyak di trek dan penonton televisi. Namun demikian, saya berpikir bahwa itu akan berbahaya bagi pembalap pemenang. Karena secara teoritis dia lebih cepat di lintasan (pada race 1), hingga kemudian dia harus mengambil risiko untuk kembali bisa terdepan di race 2 (setelah startnya dimundurkan hingga urutan 9). Perubahan memang harus diperkenalkan secara progresif, tentunya tanpa mengganggu format aslinya.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7121 seconds (0.1#10.140)