Menanti Gaya Anak Muda Menggocek Klub Bola
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam beberapa pekan terakhir, angin segar berhembus di industri sepakbola Tanah Air. Selain terbitnya izin penyelenggaraan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 pada akhir Mei lalu, gairah persepakbolaan nasional bertambah positif ketika munculnya sejumlah investor muda yang menyuntikkan modal ke klub-klub sepakbola dalam negeri.
Sebut saja Raffi Ahmad yang membeli saham klub Liga 2 Cilegon United FC yang kemudian berubah nama menjadi Rans Cilegon FC , Atta Halilintar yang membeli saham AHHA PS Pati FC, setelah sebelumnya dikabarnya akan berinvestasi di Sriwijaya FC.
Kabar ini melengkapi deretan anak di industri sepakbola setelah Putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep lebih dulu menjadi pemilik klub Persis Solo. Kaesang tidak sendiri, pengusaha Erick Thohir juga sama-sama menggelontorkan dana untuk membeli 20% saham klub di Kota Solo itu. Sosok selebritas lain yang juga mencoba peruntungan di klub sepakbola adalah Gading Marten dengan mengakusisi Persikota Tangerang.
Nama-nama anak muda di atas bukan sosok baru di jagat media sosial. Mereka dikenal sebagai selebritas karena eksistensinya sebagai pesohor yang dibesarkan oleh media konvensional maupun medsos.
Maka, ketika anak-anak muda ini membenamkan dana miliaran rupiah di klub bola sepak, antusiasme masyarakat pun memuncak. Ada rasa penasaran dengan polesan selebriti di klub, namun ada pula yang penasaran, dari mana dana miliaran rupuah yang digunakan para sultan milenial itu. Pekerjaan rumah lainnya adalah mereka harus mempelajari peta industri sepakbola dan memilih sosok profesional untuk mengelola klub.
Masuknya sosok-sosok muda ini memang cenderung spekulatif karena sepakbola profesional Indonesia seperti mati suri. Pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus Sars Cov-II membuat kompetisi harus dihentikan untuk jangka waktu lama. Baru Juli nanti rencananya kompetisi Liga I dan 2 akan bergulir.
Sesmenpora Gatot Dewa Broto berpendapat, ada beberapa catatan dari masuknya anak-anak muda tersebut di industri sepakbola nasional. Selain sisi positifnya, ada sejumlah hal yang perlu dicermati para pesohor itu. Pertama, kata dia, masuknya para selebritas itu sebagai bukti sepakbola Indonesia telah mendapatkan kepercayaan. Pasalnya, kata dia, sepakbola Indonesia pernah kehilangan kepercayaan publik pada periode 2015. Bahkan, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) harus dibekukan saat itu.
Namun, dia mengklaim, setahun terakhir Kemenpora mem-backup PSSI yang mungkin memberikan pengaruh positif. Selain itu, ujar Gatot, para selebritis tersebut menyadari bahwa sepakbola merupakan olahraga yang paling populer di masyarakat Indonesia. “Meskipun prestasinya boro-boro mendunia, ke Asia Tenggara saja masih berat. (Tetapi) Mereka sudah melihat cabang olahraga ini seksi dan mempunyai nilai jual tinggi,” kata Gatot saat dihubungi KORAN SINDO, Minggu (13/6).
Sisi positif lainnya, Raffi, Gading, Atta, dan Kaesang, bisa berkontribusi dan membantu untuk meningkatkan tata kelola sepakbola Indonesia. Dengan hadirnya sosok-sosok tersebut, Gatot berharap akan ada aliran dana yang tak sedikit ke industri. “Pasti ada take and give. (mereka) Mempunyai hak mengetahui bagaimana sesungguhnya bisnis ini bergulir,” tutur Gatot.
Di sisi lain, Gatot mempertanyakan apakah para pesohor itu sudah menyadari bahwa banyak peristiwa yang tidak terduga di industri sepakbola. Untuk itu mereka harus ulet dan sabar ketika menghadapi peristiwa-peristiwa seperti itu. “Jangan sampai ada masalah, kemudian marah dan menarik diri dari klub,” katanya.
Dia menambahkan, PSSI dan klub harus memberikan potret yang utuh kondisi dan persoalan yang dihadapi di persepakbolaan nasional. Pasalnya, dia melihat belum ada payung hukum yang menaungi secara holistik atau keseluruhan seperti bagaimana tata kelolanya. “Tapi secara nasional, aturannya kami belum tahu, apakah PSSI sudah mengatur atau enggak, misalnya pembatasan saham sampai berapa boleh,” paparnya.
Soal lainnya, kata dia, adalah aturan terkait apabila ada perselisihan. Ini perlu karena apabila tidak ada yang mengaturnya akan menjadi persoalan hukum di belakang hari.
Di luar itu semua, kata dia, para pesohor ini yang merupakan pemain baru di industri sepakbola Indonesia disarankan untuk pandai-pandai memilih dan merekrut profesional untuk mengisi jabatan strategis di klub agar ke depan klubnya kian berkembang.
Saran tersebut merujuk pada fakta bahwa klub yang dibeli Raffi dan Atta berada di Liga 2. Bahkan, Persikota yang kini dikomandoi Gading Marten masih bertarung di Liga 3.
“Mereka enggak mungkin turun langsung, enggak (mungkin) jadi manager. Mereka harus bisa meng-hire orang-orang yang tidak hanya tahu manajemen, tapi juga teknis dan dinamika sepakbola di Indonesia,” ujarnya.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menyambut positif masuknya Raffi Ahmad dan kawan-kawan ke industri sepakbola nasional. Seperti dikutip Sportstars.id, Iriawan mengungkapkan bahwa semakin banyak pihak yang berkecimpung dalam sepakbola, apakah itu pengusaha, selebritis atau lain sebagainya, hal itu menunjukkan bahwa sepakbola adalah olahraga yang mendunia digemari oleh masyarakat.
Pengamat ekonomi yang juga pemerhati sepakbola Ryan Kiryanto menilai, ada beberapa hal yang perlu disorot terkait dengan adanya sejumlah investor termasuk investor-investor muda. Ini karena selain investor, mereka juga adalah selebritas media sosial yang menyuntikkan modal ke klub-klub sepakbola tanah air.
Menurut Ryan, publik perlu memberikan apresiasi kepada siapapun baik secara organisasi, kelembagaan, maupun individu yang konsen dengan pengembangan sepakbola di dalam negeri, apapun motivasinya. Artinya, ujar dia, siapapun yang memiliki konsen terhadap pengembangan prestasi sepakbola nasional, apakah menjadi investor di sebuah klub sepakbola ataukah menjadi pemilik ataukah menjadi pengurus juga perlu diapresiasi.
"Apalagi, di tengah situasi sepakbola kita yang nyaris vakum karena pandemi. Jadi di tengah pandemi tiba-tiba ada sekitar satu atau dua investor ya yang mau sukarela untuk menginjeksi modal atau capital atau investasi untuk pengembangan sepakbola, di manapun di tanah air, itu kita harus apresiasi," ungkap Ryan saat berbincang dengan KORAN SINDO melalui sambungan ponsel, di Jakarta, Jumat (11/6) malam.
Selain itu, kata dia, investor-investor termasuk anak-anak muda yang juga merupakan seleb media sosial tentu berharap ada imbal hasil dari yang diinvestasikan (return of investmet/ROI) yang suatu ketika bisa diperoleh. Lantas dari mana imbal hasilnya?
Ryan menuturkan, seorang investor atau pemilik klub sepakbola tentu akan mempercayakan klubnya kepada orang-orang yang benar-benar memahami dan mengenal dengan baik bagaimana manajemen klub sepakbola. Karenanya, orang-orang yang diberikan kepercayaan itu haruslah memahami teknik manajerial dan mengelola klub sepakbola.
"Dari soal meng-hire pemain, merekrut pemain, menyeleksi pemain. Dari sisi logistik, dari akomodasi, dan sebagainya, termasuk pembayaran gaji pemain sudah diperhitungkan tentunya. Nah tentu ini harus orang yang betul-betul piawai, punya kapabilitas, untuk mengelola sebuah klub sepakbola dari A sampai Z," tegasnya.
Hal lain yang penting adalah, investor atau pemilik klub sepakbola harus punya orang atau mempercayakan minimal satu orang yang memahami dan menguasai aspek manajemen keuangan. Adapun terkait imbal hasil investasi, poin tersebut bisa berasal dari beragam jenis mulai sponsor hingga penjualan merchandise.
“Sponsor akan tertarik ketika klub itu memiliki potensi untuk berprestasi. Sebuah klub sepakbola dapat memberikan tawaran-tawaran sponsorship pemasangan logo sponsor baik di jersey tanding kandang maupun tanding tandang, di lengan kiri atau kanan jersey, di bagian depan atau belakang jersey, hingga atribut-atribut latihan tim seperti rompi dan jaket.
Sumber penerimaan lainnya adalah berasal dari tiket pertandingan. Ini bisa diperoleh dengan cara mengeluarkan jenis tiket satu kali pertandingan atau tiket terusan yang bisa satu tahun sekaligus. Di smping itu, ada juga sumber pemasukan lain yakni dari iuran tetap keanggotaan fans resmi klub sepakbola.
Menurut Ryan, jika bicara klub sepakbola maka ada dua jenis fans yakni fan sebagai individual yang tidak terikat sebagai anggota dan fan yang terikat sebagai anggota resmi. Iuran bagi fans yang memiliki keanggotaan resmi bisa dibuat per tahun.
"Kalau fans yang mengiur satu tahun misalnya, tentu dia dapat diskon-diskon tertentu lah. Misalnya, kalau dia beli jersey klub idolanya tentu bisa dapat diskon 10-20%," paparnya.
Adapun terkait benefit sponsor, kata Ryan, bisa berupa pemasangan logo dari korporasi atau perusahaan sponsor. Itu memiliki nilai yang beda-beda tergantung kesepakatan kontrak klub dengan sponsor.
“Kontraknya berapa lama, durasinya apakah satu tahun ataukah tiga tahun, itu bergantung kepada kesepakatan pengelola klub sepakbola dengan pihak sponsorship-nya," ujar Ryan.
Sebut saja Raffi Ahmad yang membeli saham klub Liga 2 Cilegon United FC yang kemudian berubah nama menjadi Rans Cilegon FC , Atta Halilintar yang membeli saham AHHA PS Pati FC, setelah sebelumnya dikabarnya akan berinvestasi di Sriwijaya FC.
Kabar ini melengkapi deretan anak di industri sepakbola setelah Putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep lebih dulu menjadi pemilik klub Persis Solo. Kaesang tidak sendiri, pengusaha Erick Thohir juga sama-sama menggelontorkan dana untuk membeli 20% saham klub di Kota Solo itu. Sosok selebritas lain yang juga mencoba peruntungan di klub sepakbola adalah Gading Marten dengan mengakusisi Persikota Tangerang.
Nama-nama anak muda di atas bukan sosok baru di jagat media sosial. Mereka dikenal sebagai selebritas karena eksistensinya sebagai pesohor yang dibesarkan oleh media konvensional maupun medsos.
Baca Juga
Maka, ketika anak-anak muda ini membenamkan dana miliaran rupiah di klub bola sepak, antusiasme masyarakat pun memuncak. Ada rasa penasaran dengan polesan selebriti di klub, namun ada pula yang penasaran, dari mana dana miliaran rupuah yang digunakan para sultan milenial itu. Pekerjaan rumah lainnya adalah mereka harus mempelajari peta industri sepakbola dan memilih sosok profesional untuk mengelola klub.
Masuknya sosok-sosok muda ini memang cenderung spekulatif karena sepakbola profesional Indonesia seperti mati suri. Pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus Sars Cov-II membuat kompetisi harus dihentikan untuk jangka waktu lama. Baru Juli nanti rencananya kompetisi Liga I dan 2 akan bergulir.
Sesmenpora Gatot Dewa Broto berpendapat, ada beberapa catatan dari masuknya anak-anak muda tersebut di industri sepakbola nasional. Selain sisi positifnya, ada sejumlah hal yang perlu dicermati para pesohor itu. Pertama, kata dia, masuknya para selebritas itu sebagai bukti sepakbola Indonesia telah mendapatkan kepercayaan. Pasalnya, kata dia, sepakbola Indonesia pernah kehilangan kepercayaan publik pada periode 2015. Bahkan, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) harus dibekukan saat itu.
Namun, dia mengklaim, setahun terakhir Kemenpora mem-backup PSSI yang mungkin memberikan pengaruh positif. Selain itu, ujar Gatot, para selebritis tersebut menyadari bahwa sepakbola merupakan olahraga yang paling populer di masyarakat Indonesia. “Meskipun prestasinya boro-boro mendunia, ke Asia Tenggara saja masih berat. (Tetapi) Mereka sudah melihat cabang olahraga ini seksi dan mempunyai nilai jual tinggi,” kata Gatot saat dihubungi KORAN SINDO, Minggu (13/6).
Sisi positif lainnya, Raffi, Gading, Atta, dan Kaesang, bisa berkontribusi dan membantu untuk meningkatkan tata kelola sepakbola Indonesia. Dengan hadirnya sosok-sosok tersebut, Gatot berharap akan ada aliran dana yang tak sedikit ke industri. “Pasti ada take and give. (mereka) Mempunyai hak mengetahui bagaimana sesungguhnya bisnis ini bergulir,” tutur Gatot.
Di sisi lain, Gatot mempertanyakan apakah para pesohor itu sudah menyadari bahwa banyak peristiwa yang tidak terduga di industri sepakbola. Untuk itu mereka harus ulet dan sabar ketika menghadapi peristiwa-peristiwa seperti itu. “Jangan sampai ada masalah, kemudian marah dan menarik diri dari klub,” katanya.
Dia menambahkan, PSSI dan klub harus memberikan potret yang utuh kondisi dan persoalan yang dihadapi di persepakbolaan nasional. Pasalnya, dia melihat belum ada payung hukum yang menaungi secara holistik atau keseluruhan seperti bagaimana tata kelolanya. “Tapi secara nasional, aturannya kami belum tahu, apakah PSSI sudah mengatur atau enggak, misalnya pembatasan saham sampai berapa boleh,” paparnya.
Soal lainnya, kata dia, adalah aturan terkait apabila ada perselisihan. Ini perlu karena apabila tidak ada yang mengaturnya akan menjadi persoalan hukum di belakang hari.
Di luar itu semua, kata dia, para pesohor ini yang merupakan pemain baru di industri sepakbola Indonesia disarankan untuk pandai-pandai memilih dan merekrut profesional untuk mengisi jabatan strategis di klub agar ke depan klubnya kian berkembang.
Saran tersebut merujuk pada fakta bahwa klub yang dibeli Raffi dan Atta berada di Liga 2. Bahkan, Persikota yang kini dikomandoi Gading Marten masih bertarung di Liga 3.
“Mereka enggak mungkin turun langsung, enggak (mungkin) jadi manager. Mereka harus bisa meng-hire orang-orang yang tidak hanya tahu manajemen, tapi juga teknis dan dinamika sepakbola di Indonesia,” ujarnya.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menyambut positif masuknya Raffi Ahmad dan kawan-kawan ke industri sepakbola nasional. Seperti dikutip Sportstars.id, Iriawan mengungkapkan bahwa semakin banyak pihak yang berkecimpung dalam sepakbola, apakah itu pengusaha, selebritis atau lain sebagainya, hal itu menunjukkan bahwa sepakbola adalah olahraga yang mendunia digemari oleh masyarakat.
Pengamat ekonomi yang juga pemerhati sepakbola Ryan Kiryanto menilai, ada beberapa hal yang perlu disorot terkait dengan adanya sejumlah investor termasuk investor-investor muda. Ini karena selain investor, mereka juga adalah selebritas media sosial yang menyuntikkan modal ke klub-klub sepakbola tanah air.
Menurut Ryan, publik perlu memberikan apresiasi kepada siapapun baik secara organisasi, kelembagaan, maupun individu yang konsen dengan pengembangan sepakbola di dalam negeri, apapun motivasinya. Artinya, ujar dia, siapapun yang memiliki konsen terhadap pengembangan prestasi sepakbola nasional, apakah menjadi investor di sebuah klub sepakbola ataukah menjadi pemilik ataukah menjadi pengurus juga perlu diapresiasi.
"Apalagi, di tengah situasi sepakbola kita yang nyaris vakum karena pandemi. Jadi di tengah pandemi tiba-tiba ada sekitar satu atau dua investor ya yang mau sukarela untuk menginjeksi modal atau capital atau investasi untuk pengembangan sepakbola, di manapun di tanah air, itu kita harus apresiasi," ungkap Ryan saat berbincang dengan KORAN SINDO melalui sambungan ponsel, di Jakarta, Jumat (11/6) malam.
Selain itu, kata dia, investor-investor termasuk anak-anak muda yang juga merupakan seleb media sosial tentu berharap ada imbal hasil dari yang diinvestasikan (return of investmet/ROI) yang suatu ketika bisa diperoleh. Lantas dari mana imbal hasilnya?
Ryan menuturkan, seorang investor atau pemilik klub sepakbola tentu akan mempercayakan klubnya kepada orang-orang yang benar-benar memahami dan mengenal dengan baik bagaimana manajemen klub sepakbola. Karenanya, orang-orang yang diberikan kepercayaan itu haruslah memahami teknik manajerial dan mengelola klub sepakbola.
"Dari soal meng-hire pemain, merekrut pemain, menyeleksi pemain. Dari sisi logistik, dari akomodasi, dan sebagainya, termasuk pembayaran gaji pemain sudah diperhitungkan tentunya. Nah tentu ini harus orang yang betul-betul piawai, punya kapabilitas, untuk mengelola sebuah klub sepakbola dari A sampai Z," tegasnya.
Hal lain yang penting adalah, investor atau pemilik klub sepakbola harus punya orang atau mempercayakan minimal satu orang yang memahami dan menguasai aspek manajemen keuangan. Adapun terkait imbal hasil investasi, poin tersebut bisa berasal dari beragam jenis mulai sponsor hingga penjualan merchandise.
“Sponsor akan tertarik ketika klub itu memiliki potensi untuk berprestasi. Sebuah klub sepakbola dapat memberikan tawaran-tawaran sponsorship pemasangan logo sponsor baik di jersey tanding kandang maupun tanding tandang, di lengan kiri atau kanan jersey, di bagian depan atau belakang jersey, hingga atribut-atribut latihan tim seperti rompi dan jaket.
Sumber penerimaan lainnya adalah berasal dari tiket pertandingan. Ini bisa diperoleh dengan cara mengeluarkan jenis tiket satu kali pertandingan atau tiket terusan yang bisa satu tahun sekaligus. Di smping itu, ada juga sumber pemasukan lain yakni dari iuran tetap keanggotaan fans resmi klub sepakbola.
Menurut Ryan, jika bicara klub sepakbola maka ada dua jenis fans yakni fan sebagai individual yang tidak terikat sebagai anggota dan fan yang terikat sebagai anggota resmi. Iuran bagi fans yang memiliki keanggotaan resmi bisa dibuat per tahun.
"Kalau fans yang mengiur satu tahun misalnya, tentu dia dapat diskon-diskon tertentu lah. Misalnya, kalau dia beli jersey klub idolanya tentu bisa dapat diskon 10-20%," paparnya.
Adapun terkait benefit sponsor, kata Ryan, bisa berupa pemasangan logo dari korporasi atau perusahaan sponsor. Itu memiliki nilai yang beda-beda tergantung kesepakatan kontrak klub dengan sponsor.
“Kontraknya berapa lama, durasinya apakah satu tahun ataukah tiga tahun, itu bergantung kepada kesepakatan pengelola klub sepakbola dengan pihak sponsorship-nya," ujar Ryan.
(ynt)