Atlet Transgender di Olimpiade Tokyo 2020 Bikin Heboh
loading...
A
A
A
TOKYO - Olimpiade Tokyo 2020 tampaknya tak pernah sepi dari kabar kontroversial. Sekarang yang menjadi poin pembicaraan jelang pembukaan pesta olahraga terbesar di dunia, Jumat (23/7/2021), adalah kemunculan atlet transgender pertama asal Selandia Baru, Laurel Hubbard.
Hubbard akan membuat sejarah di Olimpiade Tokyo 2020 setelah menjadi olahragawan transgender pertama yang dipilih untuk bersaing. Atlet Selandia Baru berusia 43 tahun, yang beralih dari pria ke wanita pada 2012 itu akan mewakili negaranya dalam angkat besi wanita.
Tetapi keberadaan Hubbard telah memicu perdebatan sengit tentang persaingan di Olimpiade Tokyo 2020 . Atlet dari cabor angkat besi telah menyuarakan penentangan terhadap dukungan Komite Olimpiade Internasional (IOC) terhadap Hubbard dengan menyebut situasi seperti lelucon yang buruk.
BACA JUGA: Olimpiade Tokyo 2020 dan Harapan dari Negeri Matahari Terbit
Sementara beberapa mantan bintang olahraga, seperti Caitlyn Jenner, Martina Navratilova dan Sharron Davies, menentang atlet yang terlahir sebagai laki-laki bersaing dalam olahraga wanita. Hubbard sendiri diketahui belum memberikan wawancara media sejak 2017 dan dia absen dari pemotretan untuk tim angkat besi Selandia Baru jelang Olimpiade Tokyo 2020 .
Joanna Harper, yang mengerjakan beberapa penelitian tentang atlet transgender di Universitas Loughborough, mengatakan Hubbard "tentu saja memiliki keunggulan fisik" dibandingkan pesaing wanitanya.
Joanna Harper, yang melakukan penelitian tentang atlet transgender dari Universitas Loughborough, mengatakan keberadaan Hubbard di Olimpiade Tokyo 2020 dinilai tidak adil. Sebab, dia memiliki keunggulan fisik ketimbang pesaingnya.
BACA JUGA: Covid-19 dan Heat-stroke Landa Tokyo Jelang Pembukaan Olimpiade 2020
"Secara umum, wanita transgender lebih tinggi, lebih besar dan lebih kuat, bahkan setelah terapi hormon daripada wanita cisgender (yang identitas gendernya cocok dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir). Itu semua adalah keuntungan dalam banyak olahraga, termasuk angkat besi," tutur Harper dikutip dari Sky News, Kamis (22/7/2021).
"Apakah keuntungan itu tidak adil adalah pertanyaan yang sama sekali berbeda. Sangat penting untuk membuat perbedaan itu. Kami mengizinkan keuntungan dalam olahraga - sebenarnya kami merayakannya. Yang tidak kami izinkan adalah keuntungan yang luar biasa."
"Misalnya, kami membiarkan pemain tenis kidal bermain dengan pemain tenis tangan kanan, meskipun pemain tenis kidal memiliki kelebihan. Tapi kami tidak membiarkan petinju kelas berat masuk ring dengan petinju kelas terbang. Memang benar bahwa Laurel Hubbard tidak memiliki keuntungan besar melawan wanita yang akan dia hadapi," imbuh Harper.
Harper, yang membantu menulis pedoman Olimpiade untuk atlet transgender pada tahun 2015, mengatakan Li Wenwen dari China adalah favorit untuk merebut medali emas atas Hubbard. Tetapi atlet Selandia Baru memiliki peluang yang realistis untuk mendapatkan medali.
"Laurel dapat menempati posisi ketiga hingga keempat belas di antara 14 wanita yang bersaing dalam kategori berat badannya," pungkas Harper.
Sekadar informasi, Hubbard merupakan atlet tertua yang tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Lahir di Auckland pada 9 Februari 1978, ayahnya Dick mendirikan salah satu merek makanan paling terkenal di Selandia Baru, Hubbard Foods, dan menjadi Wali Kota Auckland antara 2004 dan 2007.
Sebelum beralih ke wanita, Hubbard mengambil bagian dalam kompetisi angkat besi pria dan mencetak rekor nasional junior pada 1998, mengangkat 300kg di divisi M105+. Pada 2015, dia beralih ke wanita di usia 35 tahun.
Perlu lima tahun lagi sebelum Hubbard berkompetisi di kompetisi angkat besi internasional, dan dia langsung meraih kesuksesan. Dia memenangkan tiga acara di Australia pada tahun 2017, termasuk medali emas di Australian International di divisi wanita terberat, mengangkat total 268kg.
Atlet angkat besi Samoa, Iuniarra Sipaia, yang berkompetisi dalam kategori yang sama, mengatakan keterlibatan Hubbard tidak adil. "Kita semua tahu kekuatan seorang wanita tidak jauh dari kekuatan pria tidak peduli seberapa keras kita berlatih."
Sementara itu, kepala Federasi Angkat Berat Australia, Michael Keelan, dilaporkan telah mengatakan tentang Hubbard yang bersaing dengan wanita: "Kami berada dalam olahraga kekuatan yang biasanya terkait dengan kecenderungan maskulin. Saya tidak berpikir ini adalah permainan yang seimbang," timpalnya.
Lihat Juga: Olimpiade Paris 2024 Berakhir, Rizki Juniansyah Jadi Pembawa Merah Putih di Closing Ceremony
Hubbard akan membuat sejarah di Olimpiade Tokyo 2020 setelah menjadi olahragawan transgender pertama yang dipilih untuk bersaing. Atlet Selandia Baru berusia 43 tahun, yang beralih dari pria ke wanita pada 2012 itu akan mewakili negaranya dalam angkat besi wanita.
Tetapi keberadaan Hubbard telah memicu perdebatan sengit tentang persaingan di Olimpiade Tokyo 2020 . Atlet dari cabor angkat besi telah menyuarakan penentangan terhadap dukungan Komite Olimpiade Internasional (IOC) terhadap Hubbard dengan menyebut situasi seperti lelucon yang buruk.
BACA JUGA: Olimpiade Tokyo 2020 dan Harapan dari Negeri Matahari Terbit
Sementara beberapa mantan bintang olahraga, seperti Caitlyn Jenner, Martina Navratilova dan Sharron Davies, menentang atlet yang terlahir sebagai laki-laki bersaing dalam olahraga wanita. Hubbard sendiri diketahui belum memberikan wawancara media sejak 2017 dan dia absen dari pemotretan untuk tim angkat besi Selandia Baru jelang Olimpiade Tokyo 2020 .
Joanna Harper, yang mengerjakan beberapa penelitian tentang atlet transgender di Universitas Loughborough, mengatakan Hubbard "tentu saja memiliki keunggulan fisik" dibandingkan pesaing wanitanya.
Joanna Harper, yang melakukan penelitian tentang atlet transgender dari Universitas Loughborough, mengatakan keberadaan Hubbard di Olimpiade Tokyo 2020 dinilai tidak adil. Sebab, dia memiliki keunggulan fisik ketimbang pesaingnya.
BACA JUGA: Covid-19 dan Heat-stroke Landa Tokyo Jelang Pembukaan Olimpiade 2020
"Secara umum, wanita transgender lebih tinggi, lebih besar dan lebih kuat, bahkan setelah terapi hormon daripada wanita cisgender (yang identitas gendernya cocok dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir). Itu semua adalah keuntungan dalam banyak olahraga, termasuk angkat besi," tutur Harper dikutip dari Sky News, Kamis (22/7/2021).
"Apakah keuntungan itu tidak adil adalah pertanyaan yang sama sekali berbeda. Sangat penting untuk membuat perbedaan itu. Kami mengizinkan keuntungan dalam olahraga - sebenarnya kami merayakannya. Yang tidak kami izinkan adalah keuntungan yang luar biasa."
"Misalnya, kami membiarkan pemain tenis kidal bermain dengan pemain tenis tangan kanan, meskipun pemain tenis kidal memiliki kelebihan. Tapi kami tidak membiarkan petinju kelas berat masuk ring dengan petinju kelas terbang. Memang benar bahwa Laurel Hubbard tidak memiliki keuntungan besar melawan wanita yang akan dia hadapi," imbuh Harper.
Harper, yang membantu menulis pedoman Olimpiade untuk atlet transgender pada tahun 2015, mengatakan Li Wenwen dari China adalah favorit untuk merebut medali emas atas Hubbard. Tetapi atlet Selandia Baru memiliki peluang yang realistis untuk mendapatkan medali.
"Laurel dapat menempati posisi ketiga hingga keempat belas di antara 14 wanita yang bersaing dalam kategori berat badannya," pungkas Harper.
Sekadar informasi, Hubbard merupakan atlet tertua yang tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Lahir di Auckland pada 9 Februari 1978, ayahnya Dick mendirikan salah satu merek makanan paling terkenal di Selandia Baru, Hubbard Foods, dan menjadi Wali Kota Auckland antara 2004 dan 2007.
Sebelum beralih ke wanita, Hubbard mengambil bagian dalam kompetisi angkat besi pria dan mencetak rekor nasional junior pada 1998, mengangkat 300kg di divisi M105+. Pada 2015, dia beralih ke wanita di usia 35 tahun.
Perlu lima tahun lagi sebelum Hubbard berkompetisi di kompetisi angkat besi internasional, dan dia langsung meraih kesuksesan. Dia memenangkan tiga acara di Australia pada tahun 2017, termasuk medali emas di Australian International di divisi wanita terberat, mengangkat total 268kg.
Atlet angkat besi Samoa, Iuniarra Sipaia, yang berkompetisi dalam kategori yang sama, mengatakan keterlibatan Hubbard tidak adil. "Kita semua tahu kekuatan seorang wanita tidak jauh dari kekuatan pria tidak peduli seberapa keras kita berlatih."
Sementara itu, kepala Federasi Angkat Berat Australia, Michael Keelan, dilaporkan telah mengatakan tentang Hubbard yang bersaing dengan wanita: "Kami berada dalam olahraga kekuatan yang biasanya terkait dengan kecenderungan maskulin. Saya tidak berpikir ini adalah permainan yang seimbang," timpalnya.
Lihat Juga: Olimpiade Paris 2024 Berakhir, Rizki Juniansyah Jadi Pembawa Merah Putih di Closing Ceremony
(yov)