Sriwedari, Stadion Penuh Sejarah yang Ramah Disabilitas
loading...
A
A
A
SOLO - Bicara Kota Solo, mungkin sebagian orang lebih akrab dengan Stadion Manahan. Namun tetapi, kota ini memiliki Stadion Sriwedari yang merupakan salah satu stadion tertua di Indonesia dan ramah terhadap disabilitas.
Pada awalnya Stadion Sriwedari dibangun atas usul dari R.M.T Wongsonegoro kepada Sunan Surakarta. Usul ini mengemuka karena Wongsonegoro melihat perlakuan yang tidak adil terhadap atlet sepakbola yang pada saat itu hanya boleh bermain sepakbola di lapangan Alun-alun Kidul, tanpa alas kaki.
Kemudian pada tahun 1932 Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Kasunanan Surakarta berinisiatif untuk membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kalangan pribumi. Stadion ini pun rampung pada tahun 1933 yang mana pembangunannya memakan waktu delapan bulan.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Akan Menutup ASEAN Para Games 2022 di Stadion Manahan Solo
Sriwedari menjadi stadion pertama yang dibangun oleh orang Indonesia. Pasalnya, kala itu stadion-stadion yang ada dibangun oleh Belanda. Konon stadion ini menjadi stadion termegah pada zaman kolonial.
Salah satu momen bersejarah dari stadion Sriwedari adalah sebagai tempat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama 1948. Keberhasilan stadion tersebut menggelar multievent dalam negeri itu membuat Sriwedari ditetapkan sebagai Monumen PON 1.
Ternyata Sriwedari memang telah ramah disabilitas sedari dulu. Sebab, pada tahun 1986 Stadion Sriwedari digunakan sebagai lokasi upacara pembukaan dan penutupan FESPIC Games ke-4. FESPIC adalah sebuah ajang olahraga untuk atlet Asia Pasifik dengan disabilitas. Kemudian juga menjadi salah satu venue yang digunak pada ASEAN Para Games 2011. Kala itu, Kota Solo bertindak sebagai tuan rumah.
BACA JUGA: Anunya Pelari Nongol, Paige Spiranac: Stop Keluhkan Belahan Dadaku
Menariknya, Sriwedari sempat berganti nama pada tahun 2003 menjadi stadion R. Maladi. Perubahan nama itu dilakukan oleh Slamet Suyanto yang kala itu menjabat sebagai Walikota Solo sebagai bentuk penghormatan. Namun kemudian kembali berganti menjadi Sriwedari pada tahun 2011 di era Walikota Jokowi dengan alasan sejarah.
Jika kita menyambangi stadion itu, kita akan langsung disambut dengan pohon beringin besar. Lalu tepat didepan pintu masuk terdapat patung pemain bola yang dibajunya tertulis ‘Persis’.
Stadion Sriwedari saat ini telah dipoles menjadi semakim cantik dan ramah disabilitas. Beberapa perbaikan juga telah dilakukan, mengingat dipakai sebagai tempat latihan para atlet negara peserta ASEAN Para Games 2022 khususnya cabor para atletik.
Stadion ini sangat ramah terhadap disabilitas. Hal itu dapat terlihat dengan adanya jalur khusus kursi roda pada bagian tribun dan juga guiding block khususnya bagi penyandsng tuna netra. Tak heran jika banyak kontingen ASEAN Para Games 2022 yang menyanjung Stadion Sriwedari. Karena memang sangat ramah terhadap kaum difabel.
Wajar saja jika stadion ini ramah disabilitas. Karena memang Sriwedari sendiri pernah menjadi tuan rumah FESPIC Games ke-4 serta ASEAN Para Games 2011. Terbukti bahwa Sriwedari masih konsisten menjaga nilai awal pembentukannya yaitu dapat digunakan oleh semua kalangan.
Dan menariknya, stadion ini masih tetap mempertahankan tribun lamanya yang mana masih terbuat dengan bebatuan. Pada tribun tersebut juga dikelilingi oleh pepohonan rimbun sehingga membuat pengunjung nyaman karena suasananya yang sangat sejuk.
Di sisi lain, Stadion Sriwedari juga menjadi saksi bisu kejayaan Persis Solo. Mengingat, cukup lama tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu bermarkas di stadion ini. Namun setelah Stadion Manahan megah berdiri, mereka memutuskan menggelar pertandingan resmi di sana.
Pada awalnya Stadion Sriwedari dibangun atas usul dari R.M.T Wongsonegoro kepada Sunan Surakarta. Usul ini mengemuka karena Wongsonegoro melihat perlakuan yang tidak adil terhadap atlet sepakbola yang pada saat itu hanya boleh bermain sepakbola di lapangan Alun-alun Kidul, tanpa alas kaki.
Kemudian pada tahun 1932 Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Kasunanan Surakarta berinisiatif untuk membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kalangan pribumi. Stadion ini pun rampung pada tahun 1933 yang mana pembangunannya memakan waktu delapan bulan.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Akan Menutup ASEAN Para Games 2022 di Stadion Manahan Solo
Sriwedari menjadi stadion pertama yang dibangun oleh orang Indonesia. Pasalnya, kala itu stadion-stadion yang ada dibangun oleh Belanda. Konon stadion ini menjadi stadion termegah pada zaman kolonial.
Salah satu momen bersejarah dari stadion Sriwedari adalah sebagai tempat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama 1948. Keberhasilan stadion tersebut menggelar multievent dalam negeri itu membuat Sriwedari ditetapkan sebagai Monumen PON 1.
Ternyata Sriwedari memang telah ramah disabilitas sedari dulu. Sebab, pada tahun 1986 Stadion Sriwedari digunakan sebagai lokasi upacara pembukaan dan penutupan FESPIC Games ke-4. FESPIC adalah sebuah ajang olahraga untuk atlet Asia Pasifik dengan disabilitas. Kemudian juga menjadi salah satu venue yang digunak pada ASEAN Para Games 2011. Kala itu, Kota Solo bertindak sebagai tuan rumah.
BACA JUGA: Anunya Pelari Nongol, Paige Spiranac: Stop Keluhkan Belahan Dadaku
Menariknya, Sriwedari sempat berganti nama pada tahun 2003 menjadi stadion R. Maladi. Perubahan nama itu dilakukan oleh Slamet Suyanto yang kala itu menjabat sebagai Walikota Solo sebagai bentuk penghormatan. Namun kemudian kembali berganti menjadi Sriwedari pada tahun 2011 di era Walikota Jokowi dengan alasan sejarah.
Jika kita menyambangi stadion itu, kita akan langsung disambut dengan pohon beringin besar. Lalu tepat didepan pintu masuk terdapat patung pemain bola yang dibajunya tertulis ‘Persis’.
Stadion Sriwedari saat ini telah dipoles menjadi semakim cantik dan ramah disabilitas. Beberapa perbaikan juga telah dilakukan, mengingat dipakai sebagai tempat latihan para atlet negara peserta ASEAN Para Games 2022 khususnya cabor para atletik.
Stadion ini sangat ramah terhadap disabilitas. Hal itu dapat terlihat dengan adanya jalur khusus kursi roda pada bagian tribun dan juga guiding block khususnya bagi penyandsng tuna netra. Tak heran jika banyak kontingen ASEAN Para Games 2022 yang menyanjung Stadion Sriwedari. Karena memang sangat ramah terhadap kaum difabel.
Wajar saja jika stadion ini ramah disabilitas. Karena memang Sriwedari sendiri pernah menjadi tuan rumah FESPIC Games ke-4 serta ASEAN Para Games 2011. Terbukti bahwa Sriwedari masih konsisten menjaga nilai awal pembentukannya yaitu dapat digunakan oleh semua kalangan.
Dan menariknya, stadion ini masih tetap mempertahankan tribun lamanya yang mana masih terbuat dengan bebatuan. Pada tribun tersebut juga dikelilingi oleh pepohonan rimbun sehingga membuat pengunjung nyaman karena suasananya yang sangat sejuk.
Di sisi lain, Stadion Sriwedari juga menjadi saksi bisu kejayaan Persis Solo. Mengingat, cukup lama tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu bermarkas di stadion ini. Namun setelah Stadion Manahan megah berdiri, mereka memutuskan menggelar pertandingan resmi di sana.
(yov)