Membaca Fluktuasi Inter Milan di Tangan Pelatih Antonio Conte
loading...
A
A
A
Selain tiga laga tersebut, pasukan Conte gagal mencatatkan clean sheets. Mereka kebobolan pada menit ke-25 melawan Sampdoria setelah sempat unggul 2-0. Kemasukan tiga saat menjamu Sassuolo sebelum akhirnya puas dengan hasil imbang 3-3 dan sempat kebobolan lebih dulu di kandang Parma.
Ini yang membuat posisi Inter dalam perburuan gelar mulai goyah. “Kami telah menganalisis mengapa kami kebobolan gol melawan Sassuolo dan akan menganalisis gol tersebut. Tidak mudah mengubah dua bek dari tiga bek dan itu adalah pertandingan pertama mereka dalam tiga atau empat bulan sehingga itu tidak mudah,” tandas Asisten Pelatih Inter Milan Cristian Stellin, dikutip Football Italia.
Formasi 3-5-2 atau 3-4-3 Conte di Inter sejauh ini belum sepenuhnya bekerja. Meski membaik dari sisi produktivitas, pertahanan menjadi masalah sendiri. Coba tengok data transfermarkt maka akan terlihat bagaimana buruknya pertahanan Inter. Lebih buruk dari klub profesional pertama Conte, Bari.
Memiliki rata-rata kemasukan 1,08 gol per pertandingan adalah statistik terburuk kedua sepanjang kariernya di tim profesional. Catatan tersebut hanya kalah dibandingkan saat Conte menukangi Atalanta yang memiliki rata-rata kebobolan 1,50 per pertandingan. (Baca juga: UU Keamanan Nasional Disahkan, Demonstran Pro Demokrasi Hong Kong Bubar)
Sementara saat menukangi Chelsea, pasukan Conte hanya kemasukan rata-rata 1,03, Juventus (Seri A) di angka 0,65 dan timnas Italia (083). “Jika kami melihat statistik di pertandingan sebelumnya, kami mengizinkan delapan tembakan ke gawang dan kebobolan lima gol. Itu bukan statistik normal," tandas Stellin.
Sebenarnya, Conte bukan tanpa usaha. Dia sedang berusaha melakukan eksperimen dalam formasi tim. Pelatih berusia 50 tahun itu berusaha keluar dari zona nyaman yang bernama formasi 3-5-2 atau 3-4-3. Kini, dia sedang berusaha memberi variasi berbeda dengan formasi 3-4-1-2 untuk memberikan ruang kepada Christian Eriksen.
Pemain yang didatangkan dari Tottenham Hotspur itu diberi tempat khusus sebagai trequartista atau penyerang lubang. Perubahan itu bukan tanpa risiko. Skema ini membuat pertahanan menjadi sedikit kendur. Eriksen jelas bukan pemain yang bisa diharapkan membantu pertahanan.
Dia lebih fokus mengalirkan bola kepada Lautaro Martinez dan Lukaku. Eriksen sebagai pemegang kendali ritme permainan. Hanya, peran tersebut belum sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Inter masih kaku dan Eriksen tidak maksimal. Seperti saat melawan Parma, dia ditarik keluar pada menit ke-69 digantikan Alexis Sanchez.
Entah ada hubungannya atau tidak, keluarnya Eriksen membuat Inter bisa mencetak dua gol yang memastikan mereka mendapatkan tiga angka. “Kami menerima kritik, tapi juga harus menghargai kami karena kemenangan ini layak," tandasnya. (Lihat videonya: Lima Warga Terseret Longsor di Palopo)
Kini petualangan Inter dalam perburuan poin dan gelar akan kembali diuji saat menjamu Brescia. Pertandingan yang seharusnya tak ada masalah jika melihat kondisi Brescia sekarang ini. Pasukan Diego Lopez ini sudah lupa cara mendapatkan kemenangan sejak tahun lalu.
Ini yang membuat posisi Inter dalam perburuan gelar mulai goyah. “Kami telah menganalisis mengapa kami kebobolan gol melawan Sassuolo dan akan menganalisis gol tersebut. Tidak mudah mengubah dua bek dari tiga bek dan itu adalah pertandingan pertama mereka dalam tiga atau empat bulan sehingga itu tidak mudah,” tandas Asisten Pelatih Inter Milan Cristian Stellin, dikutip Football Italia.
Formasi 3-5-2 atau 3-4-3 Conte di Inter sejauh ini belum sepenuhnya bekerja. Meski membaik dari sisi produktivitas, pertahanan menjadi masalah sendiri. Coba tengok data transfermarkt maka akan terlihat bagaimana buruknya pertahanan Inter. Lebih buruk dari klub profesional pertama Conte, Bari.
Memiliki rata-rata kemasukan 1,08 gol per pertandingan adalah statistik terburuk kedua sepanjang kariernya di tim profesional. Catatan tersebut hanya kalah dibandingkan saat Conte menukangi Atalanta yang memiliki rata-rata kebobolan 1,50 per pertandingan. (Baca juga: UU Keamanan Nasional Disahkan, Demonstran Pro Demokrasi Hong Kong Bubar)
Sementara saat menukangi Chelsea, pasukan Conte hanya kemasukan rata-rata 1,03, Juventus (Seri A) di angka 0,65 dan timnas Italia (083). “Jika kami melihat statistik di pertandingan sebelumnya, kami mengizinkan delapan tembakan ke gawang dan kebobolan lima gol. Itu bukan statistik normal," tandas Stellin.
Sebenarnya, Conte bukan tanpa usaha. Dia sedang berusaha melakukan eksperimen dalam formasi tim. Pelatih berusia 50 tahun itu berusaha keluar dari zona nyaman yang bernama formasi 3-5-2 atau 3-4-3. Kini, dia sedang berusaha memberi variasi berbeda dengan formasi 3-4-1-2 untuk memberikan ruang kepada Christian Eriksen.
Pemain yang didatangkan dari Tottenham Hotspur itu diberi tempat khusus sebagai trequartista atau penyerang lubang. Perubahan itu bukan tanpa risiko. Skema ini membuat pertahanan menjadi sedikit kendur. Eriksen jelas bukan pemain yang bisa diharapkan membantu pertahanan.
Dia lebih fokus mengalirkan bola kepada Lautaro Martinez dan Lukaku. Eriksen sebagai pemegang kendali ritme permainan. Hanya, peran tersebut belum sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Inter masih kaku dan Eriksen tidak maksimal. Seperti saat melawan Parma, dia ditarik keluar pada menit ke-69 digantikan Alexis Sanchez.
Entah ada hubungannya atau tidak, keluarnya Eriksen membuat Inter bisa mencetak dua gol yang memastikan mereka mendapatkan tiga angka. “Kami menerima kritik, tapi juga harus menghargai kami karena kemenangan ini layak," tandasnya. (Lihat videonya: Lima Warga Terseret Longsor di Palopo)
Kini petualangan Inter dalam perburuan poin dan gelar akan kembali diuji saat menjamu Brescia. Pertandingan yang seharusnya tak ada masalah jika melihat kondisi Brescia sekarang ini. Pasukan Diego Lopez ini sudah lupa cara mendapatkan kemenangan sejak tahun lalu.